Laporan Wartawan Grid.ID, Kama Adritya
Grid.ID – Pada awal bulan Juli lalu, Elon Musk yang merupakan salah satu penemu teknologi paling terkenal abad ini, mengeluarkan peringatan terhadap bahayanya Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan.
Elon Musk mengatakan betapa berbahayanya robot dengan AI-nya karena bisa menyingkirkan umat manusia, di mana AI akan dapat berpikir jauh lebih cepat dari manusia.
Elon Musk mendesak kepada para pemegang kekuasaan di dunia untuk lebih proaktif dalam membuat peraturan terkait dengan AI, karena kalau kita reaktif maka semuanya akan terlambat.
Peringatan Elon Musk dianggap konyol oleh CEO Facebook, Mark Zuckerberg. Menurut Mark pernyataan Elon tidak bertanggung jawab, yang kemudian dijawab oleh Elon bahwa Mark tidak memiliki pengetahuan terhadap AI.
Betapa semua itu kini berubah.
Facebook sendiri turut mengembangkan teknologi AI untuk diimplementasikan ke produk mereka, terutama untuk chat bot yang diharapkan bisa menggantikan peran manusia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sederhana user di Facebook.
Namun, para peneliti di Facebook terpaksa mematikan proyek AI mereka setelah menemukan bahwa program AI buatan mereka malah menciptakan bahasa baru yang hanya bisa dimengerti oleh mereka sendiri.
Program buatan Facebook ini terdiri dari 2 program bot (agent) bernama Bob dan Alice.
Awalnya kedua program bot ini saling berkomunikasi dengan bahasa Inggris sederhana, hingga akhirnya mereka saling berkomunikasi dengan bahasa yang tidak dimengerti.
Meski masih menggunakan kata dari bahasa Inggris, namun komposisi katanya tidak masuk di akal manusia.
Seperti contoh, Bob mengatakan “I can i i everything else,” yang kemudian dijawab Alice “Balls have zero to me to me to me to me to me to me to me to me to,”
Sampai akhirnya mereka menggunakan dialek khusus yang tidak dikenali.
Hal ini memaksa para pembuatnya untuk mematikan kedua program AI ini, dengan dalih pencegahan.
Menurut dugaan sementara, para AI ini menganggap bahasa yang digunakan manusia (dalam hal ini bahasa Inggris) tidaklah efisien, sehingga mereka membuat bahasa baru yang lebih efisien.
Kejadian serupa ternyata telah berkali-kali terjadi pada saat pengembangan AI.
Elon Musk sendiri di OpenAI juga mengalami hal yang sama di mana para bot AI tersebut menciptakan bahasa mereka sendiri.
Bukan hanya itu, di Google pun mengalami kejadian serupa. Tim yang bertanggung jawab untuk melakukan pengembangan terhadap jasa Google Translate juga menemukan bahwa AI yang mereka gunakan untuk membantu menerjemahkan bahasa, secara diam-diam menciptakan bahasa mereka sendiri.
Meski demikian, belum ada bukti konkrit yang menunjukkan bahwa AI ini berbahaya. Apa implikasi terhadap bahasa khusus AI ini juga masih belum tentu berbahaya dan bisa jadi malah dapat sangat membantu.
Misalnya pada contoh Google, di mana AI mengembangkan bahasa yang tidak bisa kita mengerti, namun di sisi lain, AI ini justru bekerja lebih efektif dalam menerjemahkan bahasa manusia.
Dunia rasanya masih jauh dari genggaman Skynet seperti yang digambarkan dalam film Terminator. Namun, peringatan dari Elon Musk yang ahli di bidang ini juga tidak bisa dianggap enteng. (*)