Laporan Wartawan Grid.ID, Kama Adritya
Grid.ID – Kalau kita bicara tentang luar angkasa, Indonesia memang masih jauh tertinggal dibanding negara-negara lain.
Meskipun di tahun 80’an, Indonesia hampir menorehkan sejarah dengan mengirimkan dua astronot. Sayangnya terjadi kecelakaan pesawat ulang alik Challenger yang akhirnya membatalkan penerbangan astronot Indonesia ini.
Agar tidak semakin jauh tertinggal, Indonesia harus banyak mengejar ketertinggalan terkait pengetahuan terhadap luar angkasa.
Hal tersebut bisa dimulai dengan mengetahui 5 hal tentang luar angkasa yang orang seringkali salah paham.
Hal-hal seperti:
1. Planet paling panas di tata surya
Matahari adalah sumber kehidupan manusia, di mana energi yang dihasilkannya dapat kita rasakan di Bumi dalam bentuk panas sinar matahari.
Karena panasnya sinar matahari, maka orang akan berasumsi bahwa semakin dekat ke Matahari, maka akan terasa semakin panas pula.
Memang Matahari memiliki permukaan yang bisa mencapai panas 5.510 derajat Celcius (5.780 Kelvin) sampai dengan 15 juta derajat Celcius.
Sehingga maka tak heran kalau orang menganggap planet yang terdekat dengan Matahari yaitu Merkurius adalah planet yang terpanas di tata surya kita.
Namun, ternyata bukan Merkurius yang merupakan planet terpanas.
Walaupun Merkurius hanya berjarak 57,91 juta kilometer dari Matahari (Bumi berjarak 149,6 juta kilometer dari Matahari), permukaan planet ini hanya mencapai titik terpanas pada siang hari di 450 derajat Celcius.
Karena Merkurius hampir nyaris tanpa atmosfer, maka suhu panas tersebut tidak tertahan di permukaan dan terbuang ke luar angkasa.
Sedangkan karena rotasi planet Merkurius ini sangat lambat, satu hari di Merkurius itu sama dengan 58 hari di Bumi, maka di sisi malam yang tidak terkena sinar matahari akan menjadi sangat dingin yaitu minus 172 derajat Celcius.
Oleh karena itu, kehormatan sebagai planet terpanas harus diberikan ke planet Venus.
Tetangga Bumi yang paling dekat ini memiliki atmosfer yang jauh lebih pekat daripada Bumi. Atmosfer Venus terdiri dari carbon dioksida dan nitrogen. Atau dengan kata lain, planet Venus mengalami efek rumah kaca abadi.
Akibat suhu panas yang terjebak di dalam atmosfer Venus karena efek rumah kaca itu, maka suhu terendah di Venus adalah 462 derajat Celcius.
Venus boleh dianggap sebagai planet yang cantik, tapi sebenarnya Venus adalah planet yang super panas dan mengandung racun di atmosfernya.
2. Sisi gelap Bulan
Orang mengatakan bahwa Bulan memiliki satu sisi yang selalu gelap, karena hanya ada satu sisi yang memantulkan cahaya matahari ke Bumi. Sehingga menurut mereka ada satu sisi Bulan yang selalu gelap.
Pendapat ini salah.
Rotasi Bumi dan Bulan (berputar pada porosnya) itu kecepatannya sama, karena itulah mengapa hanya satu sisi Bulan saja yang menghadap ke Bumi dan bisa kita lihat.
Namun, Bumi dan Bulan itu sama-sama mengorbit Matahari. Dengan kata lain, Bumi dan Bulan saling berdansa berputar mengelilingi Matahari, sehingga meski satu sisi terus menghadap Bumi, sisi lainnya juga akan diterangi sinar Matahari ketika posisi Bulan sedang berada di antara Bumi dan Matahari.
3. Tubuh manusia akan meledak di luar angkasa jika tidak mengenakan baju astronot
Akibat film-film di Hollywood yang menampilkan efek tubuh manusia yang meledak karena tidak mengenakan baju astronot, timbul kesalahpahaman terkait hal ini.
Di film digambarkan bahwa sesaat setelah baju atau helm astronot terbuka, maka tubuh manusia akan membengkak dan segera meledak karena perbedaan tekanan atau gravitasi di luar angkasa.
Namun, sebenarnya manusia masih bisa bertahan sampai dengan 3 menit di luar angkasa yang hampa udara tanpa baju astronot.
Meskipun setelah 14 detik, umumnya manusia akan hilang kesadaran. Asalkan kita tidak menahan nafas saat terekspos di ruang hampa udara, maka kita bisa bertahan maksimal sampai 3 menit.
Mengapa kita tidak boleh menahan nafas? Karena saat menahan nafas maka paru-paru kita akan dipenuhi dengan oksigen yang justru akan mengembang di ruang angkasa yang bertekanan rendah. Akibatnya paru-paru akan meledak seperti balon yang ditiup terlalu penuh.
Kecelakaan yang terjadi di tahun 1965, di mana seorang teknisi yang secara tidak sengaja merobek baju astronotnya menandai kali pertama ada manusia yang bisa bertahan hidup di ruang hampa udara.
Ia tetap sadar selama 14 detik sebelum akhirnya pingsan. Sesaat sebelum pingsan, dirinya masih bisa merasakan bahwa lidah di mulutnya terasa seperti mendidih.
Hal itu disebabkan karena di luar angkasa yang hampa udara itu tidak ada udara yang dapat menghantarkan suhu panas tubuh kita. Jika di Bumi ada udara yang menghantarkan panas, atau yang seringkali disebut sebagai suhu ruangan.
Sedangkan kalau di luar angkasa, maka panas tubuh kita sendiri yang akan memanaskan isi organ tubuh kita. Meskipun akan butuh waktu yang cukup lama untuk sampai ke suhu yang mematikan. Ibaratnya seperti memasak air dengan api kecil.
Kematian akan datang bukan dengan efek yang heboh seperti di film, melainkan manusia akan mati akibat kehabisan oksigen saja.
4. Matahari berwarna kuning atau jingga
Kalau kita lihat Matahari dari Bumi, warnanya cenderung berubah-ubah tergantung dari posisinya di langit dan waktu kita melihatnya.
Matahari cenderung berwarna jingga kemerahan saat baru terbit atau terbenam, dan akan terlihat kuning di saat tinggi di atas. Secara umum, kita menganggap bahwa Matahari itu berwarna kuning ke jingga.
Sebenarnya, Matahari itu berwarna putih.
Seperti layaknya semua cahaya yang berwarna putih, warna itu berubah-ubah akibat spektrum cahaya yang berbeda-beda panjang gelombangnya.
Spektrum cahaya berubah akibat panas yang memengaruhi panjang gelombang. Matahari yang memiliki panas sampai jutaan Celcius itu tentunya akan memiliki panjang gelombang tertinggi, yaitu warna putih.
Namun, kenapa Matahari warnanya bisa terlihat kuning ke jingga? Itu disebabkan karena adanya atmosfer Bumi yang mengubah panjang gelombang spektrum cahaya tadi.
Oleh itu sebabnya mengapa di pagi hari yang suhunya lebih dingin, Matahari terlihat lebih kemerahan atau jingga, sama seperti saat terbenam.
Jika kita melihat dari luar atmosfer Bumi, maka kita akan melihat Matahari berwarna putih.
5. Bumi itu bulat
Anggapan yang paling umum diterima oleh manusia modern adalah bahwa Bumi itu bulat.
Meskipun masih ada yang percaya dengan teori Bumi datar, namun umat manusia sudah beranjak lebih maju sejak dari Copernicus mengatakan bahwa Bumi itu bulat dan kemudian Magellan yang membuktikannya.
Hanya saja, ternyata mereka pun salah.
Bukan, bukan salah dalam artian Bumi itu memang datar. Melainkan salah dalam artian Bumi itu berbentuk bulat seperti bola.
Selama ini kita melihat gambar planet Bumi itu seperti bola yang berbentuk bulat. Namun, pada kenyataannya Bumi itu tidaklah bulat sempurna.
Karena planet kita memiliki daratan yang sedikit lebih lebar di bagian khatulistiwa (ekuator) dan lebih gepeng di bagian kutubnya.
Selain itu, planet Bumi itu terdiri dari lempengan-lempengan yang selalu bergerak akibat cairan magma yang berada di dalamnya.
Sehingga bentuk planet Bumi lebih mirip buah pear ketimbang bola sepakbola. (*)