Tapi langkah mereka dicegat sejumlah anggota ISIS.
"Mereka membunuh ayah di depan mata saya. Tangan mereka penuh dengan darah," kata Ekhlas kepada wartawan BBC, Fiona Lamdin, yang menemuinya di Jerman.
Setelah membunuh sang ayah, para anggota ISIS itu memisahkan Eklhas dari ibunya dan menjebloskannya ke penjara.
Di penjara Ekhlas mendengar orang-orang beteriak kelaparan. "Para tawanan tak diberi makan."
"Saya menyaksikan seorang laki-laki yang usianya di atas 40 tahun, mengambil anak perempuan berusia 10 tahun. Anak itu menjerit. Saya tak akan melupakan jeritannya. Ia berteriak 'mama, mama'. Kami semua tercekat, kami tak bisa melakukan apa-apa untuk menolongnya," kenang Ekhlas.
Pada suatu hari, hal yang terjadi pada anak berusia 10 tahun itu menimpa Ekhlas.
Seorang pria berbadan besar datang dan memilihnya dari 150 tawanan yang berada di tempat itu.
Ekhlas pun masih ingat betul bagaimana pertama kali ia dipaksa untuk berhubungan intim dengan pria itu.
"Laki-laki ini berambut panjang ... ia seperti binatang,"
"Badannya bau, saya sangat takut, saya tak kuasa melihat wajahnya," kata Ekhlas menggambarkan detik-detik mengerikan tersebut.