Laporan Wartawan Grid.ID, Ristiani Theresia
Grid.ID – Tak pernah puas dan bersyukur yang berujung petaka ini judulnya.
Bagaimana tidak, wajahnya tadinya normal dan sudah cantik akhirnya malah harus berakhir buruk karena sembarangan memilih perawatan kecantikan wajah.
Kasus seperti ini cukup sering terjadi di berbagai Negara atau daerah, semuanya akibat kecerobohan pencinta dunia estetika yang tidak memerhatikan aturan serta anjuran pakar medis soal risiko di balik metode kecantikan yang tengah ngetren.
Kali ini pengalaman pahit menimpa seorang ibu muda bernama Amanda Coats.
( BACA : Ini 8 Langkah Cukur Alis yang Benar, Aman dan Mudah Dilakukan Sendiri )
Kulit wajah Amanda terutama bagian alis dan dahi harus mendapat penanganan dokter secara intensif pasca melakukan metode tato alis.
Kisah bermula saat Amanda Coats ketakutan setelah ia merasakan sakit di kedua kelopak matanya.
“Keesokan harinya saya terbangun dan kulit alis saya mengelupas, warnanya merah dan bengkak. Saya langsung ke dokter karena bengkak dan sakit,” ujar Amanda.
"Rasanya seperti ada sesuatu yang menggerogoti kulitku, kulitku mengelupas. Aku sangat kesakitan.”
“Mataku sangat bengkak sehingga aku tidak bisa mengemudi , aku bahkan tidak bisa membawa anak-anak ke sekolah karena bengkak, sakit dan nanah di mataku,” imbuhnya.
( BACA : Masih Saja Salah, Ini 3 Kebiasaan Menggambar Alis yang Bikin Tampilan Wajah Kamu Seperti Tante-tante )
Ia juga menambahkan, “Saya sangat kesal melihat kondisi mata dan alis saya. Kekhawatir saya ini akan saya alami seumur hidup”.
“Selama berjalan di antara kerumunan dokter, mereka menatap saya dan bertanya apa yang terjadi, ini membuat saya sangat tertekan.”
"Saya tahu reaksi apa yang terjadi setelah melakukan tato alis, tapi ini bukan reaksi, tapi infeksi.”ujar wanita berusia 43 tahun itu.
Menangggapi hal tersebut, penata rias Australia meyakini bahwa dia harus membayar tagihan medis sebesar 17 juta rupiah akibat kulitnya menjadi merah dan bengkak.
Amanda melakukan tato alis di Skincare Laser Clinic (SLC), Melbourne dengan harga 4 juta rupiah pada 30 Juni.
( BACA : Yaampun! Gara-gara Foto ini, Alis Ayu Ting Ting Jadi Hujatan Netizen )
Ahli kecantikan di klinik itu percaya, dia mengalami reaksi terhadap pigmen tinta atau obat yang diresepkan oleh dokternya.
Atau mungkin saja Amanda tidak mengikuti saran perawatan kesehatan dengan benar.
Ibu dari tiga anak itu menghimbau bagi seluruh wanita agar lebih teliti lagi sebelum menjalani treatment kecantikan apapun.
“Saya harus membeli perban untuk luka, obat-obatan, obat tetes mata, salep dan obat penghilang rasa sakit. Setelah mengeluarkan biaya lebih untuk tato alis itu.” ujar Amanda.
Melakukan penelitian lebih itu sangat penting tentang treatment ini, hal itu dimaksudkan untuk mengetahui siapa ahli yang akan melakukannya.”
( BACA : Jaga Dua Hal Ini, Agar Hasil Sulam Alis Tampil Maksimal )
Amanda menambahkan, "Saya ingin memastikan tidak ada seorangpun mengalami hal yang sama, itulah alasan saya bicara di muka umum."
Lain Cleveland, pemilik SLC mengatakan bahwa klinik tersebut mematuhi semua peraturan kesehatan dan keselamatan, termasuk mencuci tangan, mengganti sarung tangan dan alat sterilisasi.
“Skincare Laser Clinic (SLC) berkomitmen terhadap kesehatan dan keselamatan semua klien.
Kami dengan bangga telah menghadirkan tato kosmetik berkualitas tinggi ke komunitas yang menampung lebih dari 2.000 klien yang puas.”ujar Lain.
“Sebagai anggota Asosiasi Tato Kosmetik Nasional, SLC menerapkan kode industri, peraturan dan standar kebersihan tertinggi, termasuk sertifikasi dalam mempertahankan standar pengendalian infeksi.” ia menambahkan.
( BACA : 5 Selebriti Dunia yang Tampil Cantik Memukau Berkat Tato Alis )
“SLC pertama kali menerima keluhan dari klien pada tanggal 17 Juli 2017.
Treatment yang dipermasalahkan oleh Amanda terjadi pada tanggal 30 Juni 2017.”
“SLC menegaskan bahwa reaksi infeksi dari tato itu akan terjadi lebih awal, dalam waktu 2 hari setelah melakukan treatment itu.'
Dia menambahkan juga, “Berdasarkan respon dari pakar industri, SLC percaya bahwa reaksi yang merugikan disebabkan oleh alergi terhadap salah satu produk tambahan yang digunakan.
“SLC sangat memperhatikan semua kliennya dan memberikan hasil yang berkualitas sementara mematuhi praktik, standar, dan peraturan ketat industri yang ketat.” ujar pemilik SLC tersebut.