Dalam keluarganya, anak perempuan juragan batik Laweyan dilatih untuk bisa meneruskan hal-hal yang berhubungan dengan produksi batik tulis di rumahnya.
“Waktu jaman bapak ibu masih jadi juragan, anak-anaknya tidak sekolah tidak masalah. Yang penting bisa nerusin usaha keluarganya,” ujar Titik Harjo Susanto.
Namun cerita itu hal itu sepertinya hanya tinggal kenangan.
Baca : Miris, Inilah Pengakuan Ibunda Dokter Ryan Thamrin, Mengungkap Penyebab Kematian Putranya
Maraknya pabrik kain cetak atau printing bermotif batik dengan harga jual jauh lebih murah membuat bisnis batik Laweyan goyang.
“Semenjak ada pabrik kain cetak printing di solo itu, pabrik punya bapak langsung menurun produksinya,” ujar Titik Harjo Susanto.
“Semua karyawan keluar, pabrik, dan beberapa rumah bapak dijual. Sisanya ya cuma rumah ini,” ujarnya.
Titik Harjo Susanto yang berusia 51 itu ingin sekali membangkitkan usaha bapaknya tetapi belum memiliki modal yang cukup.
Titik Harjo Susanto mengatakan, “Pengen mbak membangun lagi, mengikuti perkembangan batik yang sudah modern ini. Tapi ya itu, modal darimana?”
Seperti yang disampaikannya, modal untuk bangkit kembali seperti masa kejayaan merupakan hal yang utama. (*)