Find Us On Social Media :

Di Negara Ini Badut Ada di Setiap Sudu Kota, Kisahnya Bikin Kamu Gak Nyangka!

By Ahmad Rifai, Rabu, 16 Agustus 2017 | 04:35 WIB

Setiap anggota menciptakan tudung kepalanya sendiri dengan citra religius | Luján Agusti

Grid.ID - Luján Agusti adalah seorang fotografer.

Saat itu ia pertama kali pindah dari Argentina ke Meksiko.

Sesampainya di tempat baru, sebuah festival keagamaan yang sedang berlangsung menyambut dirinya dengan megah.

Ini merupakan festival yang diadakan sepanjang tahun.

(Baca juga: Pria Sakit Jiwa Masuk Rumah yang Kebakaran, Lihat Benda yang Diselamatkannya, Netizen Pasti Terenyuh!)

Katanya," Agama ada di mana-mana!"

Agusti menggambarkan dirinya sebagai seorang agnostik.

Ia perpendapat bahwa keberadaan Tuhan tidak dapat diketahui dan mungkin tidak akan dapat diketahui.

Ia lantas jadi terpesona oleh setiap karakter yang muncul dalam festival semisal Pekan Suci, peringatan gereja lokal, dan Hari Kematian Seseorang.

(Baca juga: Wow! Ternyata Ini Awal Mula Lahirnya Beauty Blender)

Agama Katolik dan budaya lokal dikawinkan dengan penuh warna.

Fenomena ini dapat desebut sebagai sinkretisme, perpaduan antara dua aliran yang secara dasar saling bertolak belakang, namun berusaha dalam mencari sebuah harmoni.

Dari ketertarikan ini, ia merasa terpanggil untuk mendokumentasikan setiap festival.

Ada sebuah proses menakjubkan di kota Coatepec di negara bagian tenggara Veracruz.

(Baca juga: Cuma Pakai Sandal Jepit, Soimah Asyik Tarik Suaminya Pakai Tali Rafia)

Badut bertopi warna-warni tengah asyik menari, menarik perhatian Agusti di antara umat paroki dan beberapa band sekolah.

Dalam kelompok badut tersebut ada pimpinannya.

Sang pimpinan memiliki karakter yang menyerupai seorang serdadu kolonis Spanyol.

Agusti penasaran.

(baca juga: Gemesss.... Gaya Kompak Pasangan Ibu Anak Artis Ini Modis dan Seru Banget! Ada Ayu Ting Ting-Bilqis Nggak ya? )

Ternyata ada sosok perempuan, lelaki, hingga anak-anak yang memakai topeng badut.

Semuanya sedang berselebrasi, ikut berpartisipasi dalam mengenang kembali jejak zaman penjajahan Spanyol.

Tradisi ini sebenarnya sempat mati suri selama beberapa dekade.

Tari-tari yang dipertontonkan ternyata punya makna dalam.

Ini bisa dimaknai sebagai persembahan kepada Perawan Guadalupe.

Perawan Guadalupe adalah sebuah penampakan Perawan Maria, muncul di bekas kuil Aztec.

Ada harapan besar yang bergantung pada persembahan yang telah diberikan.

Ini terlihat dari antusias yang dipertontonkan oleh beberapa cuardilla (sekelompk orang yang melaksanakan kegiatan secara bersama-sama).

Secara visual, potret yang didapat begitu dahsyat dan menakjubkan!

Ada unsur aneh terkandung di dalamnya.

Bagi Agusti, ada pelajaran yang bisa dipetik dari kostum para badut.

"Semua kain ini sangat berwarna indah. Namun, ketika Anda melihat kostum badutnya, mereka tampak compang-camping dan usang," ungkapnya.

Dirinya kemudian memaknainya ulang, menyebutkan bahwa ini adalah representasi kehidpan yang sedang terjadi di Meksiko dan Amerika Latin.

Kesengsaraan, kesenjangan sosial, dan disfungsi sosial, kian merajalela diburamkan oleh kenampakan luar yang terlihat mewah.

Pada tahun-tahun sebelumnya, Agusti mengira badut banyak dimainkan oleh para pria yang lebih tua.

Kini, banyak pemain badut yang didominasi oleh para anak muda atau anak-anak yang ikut bersama ayahnya.

"Veracruz adalah salah satu negara (bagian) paling berbahaya di Meksiko," ungkapnya.

Hal ini dirujuk dari kekerasan terkait narkoba di wilayah tersebut.

Paling tidak, saat ini dengan berada di sebuah cuadrilla dapat memberi anak-anak ruang untuk menyalurkan bakat positif dan tetap menjaga kelestarian tradisi lokal.(*)

Artikal ini sebelumnya tayang di Pos Kupang dengan judul: Mengapa Badut “Merajai” Setiap Sudut Kota Meksiko