Sertifikasi dilakukan pada dua aspek, yakni aspek desain dan analisis serta aspek pembangunan purwarupa pesawat. Sertifikasi aspek desain dan analisis dengan memeriksa dokumen yang dibuat perekayasa PTDI. Penyelesaian satu dokumen butuh beberapa minggu. Lebih dari 300 dokumen dan lebih dari 3.000 gambar teknis dan komponen sepadan harus ditinjau.
(BACA JUGA: 8 Fakta Di Balik Kostum Adat di Sidang MPR, Nomor 5 Bikin Jokowi Paling Ganteng)
8. Pangsa pasar
Pada 2014, Indonesia yang punya 170 rute penerbangan perintis butuh 40 pesawat sekelas N219. Pada 2015, rute penerbangan perintis bertambah menjadi 217 rute sehingga kebutuhan pesawat kecil sekelas N219 naik.
Pangsa pasar Asia Pasifik pun menjanjikan. Diperkirakan hingga tahun 2022 perlu 118 pesawat sekelas N219 versi sipil, termasuk untuk Indonesia.
(BACA JUGA: Beberapa Pasangan Seleb Korea yang Pernah Tertangkap Kamera Dispatch! Siapa Aja ya?)
9. Komponen pesawat dari luar negeri, tetapi teknisi 100% dari Indonesia
Pesawat dibuat oleh 300 eingineer terbaik bangsa.
Terdiri dari junior maupun senior lokal.
Inilah yang membedakannya dengan pesawat Habibie yang masih melibatkan orang dari luar negri.
Proses pembuatan N219 karya Habibie melibatkan 300-400 orang asing, sedangkan pesawat N219 dibuat tanpa satu orang pun orang asing.
(BACA JUGA: Inilah 9 Fakta Unik Tertawa, Nomor 7 Kamu Nggak Bakal Nyangka!)