Grid.ID-Setiap 17 Agustus, puncak peringatan Kemerdekaan Indonesia dilakukan dengan upcara bendera di Istana Merdeka, dihadir Presiden dan para pejabat, serta udangan dari seluruh Indonesia.
Saat itulah, semua mata tertuju pada Pasukan Bengibar Bendera Pusaka, yang terlihat begitu gagah dan tegap, namun tetap tampan dan cantik.
Bagaimana tidak, saat upacara bendera itu, semua televisi menyiarkan langsung upacara pengibaran bendera pusaka.
Tapi tentu tak mudah menjadi seorang Pasukan Pengibar Bendera Pusaka.
Mereka dipilih dari seluruh provinsi di Indonesia, dengan seleksi ketat, dan digembeng lewat latihan yang berat.
Grid.ID melansir catatan seorang mantan anggota paskibraka nasional bernama Suomi Bologni Aprilina Simorangkir dari pelalawan Riau.
Meski ia adalah anggota paskibrak Nasional 2015, hal ini bisa menggambarkan apa yang terjadi sebelum mereka berbaris gagah di depan presiden dan undangan.
Apalagi, saat itu presidennya juga Joko Widodo.
Proses seleksi diawali tim dari Dispora di daerah, tim medis, dan PPI melakukan seleksi calon paskibraka (capas) ke SMA/SLTA sederajat se-Kabupaten.
Tes tingkat kebupaten berisikan tes pengetahuan umum (TPU), tes wawancara dan kesenian, tes wawancara bahasa Inggris, tes kesehatan dan kebugaran, tes samapta dan jasmani, tes PBB, dan pantauan akhir (pantauhir).
Seleksi dilanjutkan di tingkat provinsi, dengan tes yang lebih sulit lagi materi seleksinya tidak jauh berbeda dengan seleksi di tingkat kabupaten.
Namun yang membedakannya adalah tes kesehatan di tingkat provinsi lebih ketat, seperti tes darah, tes urine, dan EKG (rekam jantung).