Find Us On Social Media :

Gila, Bahagianya Eks Penjual Telor Asin Ini Bisa Provokasi Orang Lewat Berita Hoax

By Way, Sabtu, 19 Agustus 2017 | 04:47 WIB

provokator

Seperti ini status berisi pengalamannya saat mengikuti seminar Web Marketing di Bandung.

SANG PROVOKATOR

Melalui baca-baca di internet, dan pengalaman berfacebook, saya menemukan bahwa ada beberapa motif orang menulis dengan gaya provokatif.

Ada yang karena ideologi, ada pula yang seneng aja karena menemukan bahwa status yang demikian akan mengundang banyak like, comment, dan share (hidup mungkin jadi berasa seleb, banyak yang suka hehe).

Meski di sekitar saya mungkin ada yang seperti itu (no mention hihihi), namun yang akan saya ceritakan kali ini adalah penulis provokatif karena motif ekonomi.

Beberapa waktu lalu mungkin kita membaca tentang penulis berita hoax yang meraup juta-juta rupiah dari pekerjaannya menulis berita hoax atau provokatif, tapi saya sendiri gak nyangka bakal ketemu ama salah satu pelakunya.

Kejadiannya udah lama sih, 8 Desember 2016 (kenapa baru diceritain sekarang ya, sibuk apa sayah waktu itu?)

Dia perempuan, usianya kayaknya se saya (25 eh 35 ????).

Penampilannya gak beda jauh ama saya, pakaian dll (seperti apa? silakan dilihat foto saya saudug-udug di FB ????).

Ini agak beda dengan bayangan saya sebelumnya loh. Dalam pikiran saya semua yg profesinya secara profesional begini ni kaum adam (maafkaaaan ????).

Saya mendengar penuturannya dalam sebuah seminar Web Marketing di Bandung (saya ikutan dalam rangka niatnya mau ngurus web-web yang terbengkalai. Tapi niat tinggallah niat. Webnya tetap gak diurusin haha). Waktu itu, diakhir acara, pembicara meminta kami sebagai peserta menceritakan pengalaman mengelola web masing-masing. Hampir semua peserta punya website. Ada website online shopping, ada website restoran, website kursusan, dll. Tibalah giliran perempuan itu. Ybs dengan riang gembira sumringah tertawa-tawa menceritakan bagaimana internet telah mengubah hidupnya secara drastis.

Dari tukang jualan telor asin yang minim penghasilan, menjadi seseorang yang tinggal menikmati (nikmat dia bilang!?!) hidup karena uang yang dengan mudah mengalir ke rekeningnya. Menurutnya (yang diiyakan dan diangguk-angguk oleh beberapa teman di dekatnya), dia punya beberapa website.