Oktober 1947, di kapal cepatnya The Outlaw memuat perlengkapan militer untuk perjuangan pasukan Indonesia, didalamnya terdapat senjata serbu, ribuan butir prluru dan perbekalan militer lainnya dari sebuah pulau di selat Johor ke Sumatera.
Hampir kepergok pesawat Belanda saat sampai ke Labuan Bilik tampak pesawat itu terbang rendah dan meminta kapal Lie untuk segera pergi dari pelabuhan.
Dengan nekat John Lie berbohong dengan mengatakan kapalnya kandas dan tidak bisa bergerak kemana-mana.
Padahal pesawat Belanda tersebut sudah siap sedia mengarahkan moncong senapannya ke arah The Outlaw tinggal tarik pelatuk selesai sudah riwayat John Lie dan kapalnya.
Namun pesawat Belanda tersebut urung menembak dan pergi, seketika itu juga Lie masuk kabin kapal dan berlutut mengucap syukur kepada Tuhan.
Diketahui kenapa pesawat Belanda tersebut pergi lantaran hampir kehabisan bahan bakar dan memutuskan untuk balik kandang.
Misi pertama itu pun sukses dan senjata yang dibawa oleh kapalnya itu segera diserahterimakan oleh Bupati Usman Effendi serta komandan pejuang setempat, Abu Salam.
Keberhasilan John Lie menyelundupkan senjata untuk perjuangan bangsa ini terus menerus mendulang kesuksessan, daerah pelayarannya pun dari Singapura sampai Thailand.
Hingga radio BBC milik Inggris menjuluki kapal The Outlaw sebagai "The Black Speedboat".
John Lie dikenal memiliki koneksi yang baik dengan orang-orang pelabuhan Singapura, Thailand hingga Afrika.
Maka tidaklah mengherankan bahwa operasinya selalu sukses karena koneksi yang baik antara John Lie dan kenalan-kenalannya itu.
Pernah suatu ketika The Outlaw hampir hancur saat kepergok kapal perang Belanda, dengan membabi buta kapal perang Belanda itu menyerang The Outlaw.