Memang ada banyak kendala untuk memulai sebuah debat publik pada baik buruknya sebuah teknologi berdasarkan karya fiksi ilmiah.
Dengan pengetahuan awal soal implikasi ini dan meenghindari hal-hal yang benar buruk, mungkin semuanya akan baik-baik saja.
Jika kita merunut lewat sudut pandang etika yang lebih luas dan semakin mendesak, ini merupakan awal dari sebuah jenis perdagangan ngawur dan pemantik sebuah perang modern.
Lalu, sebenarnya bagaimana membuat sebuah sistem teknologi otonom yang aman dan etis?
(Baca juga: Lama Tak Pernah Muncul di Layar Kaca, Artis Ini Foto Hot Bareng Anak)
Isaac Asimov sebenarnya sudah pernah membuat kisah fiksi ilmiah untuk menghindari kerugian yang diakibatkan robot terhadap manusia.
Ceritanya berisi tentang ulasan mengenai tiga hukum bagi robot.
Namun dalam cerita ini, jalan kisah lebih difokuskan pada bagaimana hukum tersebut dapat rusak oleh sebuah keadaan-keadaan.
Memang benar persoalan etika tak dapat dengan mudah dirumuskan agar diterima oleh semua pihak.
(Baca juga: Pria Lumpuh Punya Ide Gila, Awalnya Ditertawakan dan Diejek, Tapi Kini Dihormati Karena Hal Ini)
Sejarahwan Yuval Noah Harari telah menunjukkan bahwa kendaraan tanpa sopir akan memerlukan beberapa prinsip.
Prinsip ini akan menuntun bagaimana dia akan bertindak saat menghadapi sebuah tabrakan mematikan.
Kira-kira mana yang harus diutamakan?
Sang pengemudi atau justru si penumpang terlebih dahulu?
Kini umat manusia telah tiba di persimpangan zaman yang sangat menentukan masa depat.
Melihat keadaan ini dan konsekonsinya bagi masa depan, adakah solusi tepat yang bisa kamu tawarkan?(*)