FDA mengatakan bahwa literatur yang berasal dari tahun 1960an membenarkan adanya kemungkinan hubungan antara talc dengan kanker ovarium.
Minkin, profesor klinis kebidanan ginekologi dan layanan reproduksi di Yale School of Medicine, menjelaskan beberapa studi belum menemukan hubungan di antara keduanya.
Sedangkan studi lainnya hanya menunjukkan sedikit peningkatan rasio bahaya.
Misalnya, sebuah studi di tahun 2013 menganalisis hampir 20 ribu orang.
Hasilnya mereka yang menggunakan jenis bubuk talc ini memiliki 20 sampai 30 % kemungkinan terkena kanker ovarium daripada yang tidak memakai.
Temuan ini membuat para riset menyarankan bahwa penghindaran penggunaan bubuk ini bisa menjadi sebuah strategi untuk mengurangi kejadian kanker ovarium.
(BACA: Ternyata “Diet Seks” Bikin Stamina Kamu Jos di Atas Ranjang, Apa sih Itu?)
Studi berikutnya di tahun 2014 dengan responden sebanyak 60 ribu wanita yang diterbitkan Journal of National Cancer Institute tidak menemukan hubungan keduanya.
Kembali ke tahun 2010, Badan Penelitian Kanker Internasional (bagian dari WHO) menyimpulkan penggunaan talc di daerah kemaluan mungkin bersifat karsinogenik.
Menurut Robyn Andersen, peneliti kanker ovarium, kemungkinan kanker ovarium bisa terjadi dengan penggunaan talc.
(BACA: Bukannya Merasa Nikmat Ternyata Wanita Jagonya Bikin Orgasme Palsu, Ini Alasannya)
Bubuk halus itu bisa melakukan perjalanan ke selaput lendir di saluran vagina dan akhirnya berhasil masuk ke ovarium.
Sesampai di sana, bubuk itu bisa menyebabkan radang dan akhirnya kanker. (*)