Selain itu rasa haru juga dirasakan oleh Edo, karena proses pembuatan kain lurik tersebut dibuat oleh para pengrajin dengan penuh cinta dan dedikasi.
Bahkan ada beberapa pengrajin di sana yang sudah cacat secara fisik, seperti buta dan lumpuh.
Edo tak pernah lelah berupaya untuk mengembalikan tangan-tangan muda ke dekat mesin-mesin tenun yang nyaris lupa mereka kenali, apalagi minati.
Menurutnya, setelah ia melakukan pameran dan pagelaran busana ini, para generasi muda mulai menyukai dan minat untuk melestarikan kain lurik, yang tradisional namun tetap bisa terlihat trendy jika dirancang dengan baik.
(BACA JUGA : Kasus Penipuan First Travel, Setelah Ria Irawan Buka Suara, Kini Giliran Syahrini Bicara Soal First Travel )
Sudah saatnya tangan-tangan renta itu beristirahat bekerja dan diteruskan oleh tangan-tangan muda, dan lurik dapat dilestarikan sebagai salah satu wastra kebanggan Indonesia. (*)