Segera kemudian dilakukan penangkapan pada kedua petani tersebut.
(Baca juga: Otak Dapat Dikendalikan, Berikut Panduan Langsung dari Sang Profesor)
Dikutip wartawan Grid.ID, Ahnmad Rifai, dari rekaman tersebut, Mlotshwa memohon dari dalam peti mati, "Tolong jangan bunuh aku."
Kejadian ini sebenarnya adalah keributan antar ras yang telah menyelimuti Afrika Selatan selama bertahun-tahun.
Afrika Selatan sendiri diliputi ketidaksetaraan ras yang berakar sejak 23 tahun lalu semenjak berakhirnya peraturan apartheid.
Apartheid sendiri adalah kepimimpinan politik minoritas oleh kulit putih.
Kasus rasisme sebenarnya telah meletus secara reguler di media sosial dalam beberapa tahun terakhir.
Di luar pengadilan pada hari jumat, salah satu kubu membawa peti mati tiruan yang telah dihias gambar-gambar terdakwa.
Kubu tersebut meminta agar terdakwa dinyatakan bersalah dalam semua dakwaan.
Kembali pada rekaman ancaman tersebut, ada niatan untuk menuangkan bensin ke dalam peti mati.
Kedua petani juga mengancam akan memasukkan ular ke peti mati.
Mlotshwa mengatakan bahwa sebenarnya dia sedang berjalan ke kota Middelburg untuk membeli bekal bagi sang ibu.
Guna mempersingkat waktu, ia menggunakan jalan pintas dan kemudian kedua petani tersebut melihat dirinya.
Sementara itu, pihak keluarga terdakwa terkejut dengan putusan yang diberikan hakim.
Direktur Amnesty International Afrika Selatan, Shenilla Mohamed, berkata, "Kasus mengerikan ini menunjukkan bahwa diskriminasi masih berjalan secara tersembunyi dalam masyarakat Afrika Selatan."
"Ada fakta bahwa ketidakkhawatiran si pelaku ketika mengunggah video tersebut ke media sosial."
Shenilla Mohamed menutup, "tak ada tempat bagi rasisme atau diskriminasi dalam masyarakat manapun."
"Kasus semacam ini harus memacu pemerintah untuk menyelesaikan Undang-Undang kejahatan atas kebencian agar dapat secara pasti menangani insiden diskriminasi."(*)