Laporan reporter Grid.ID, Anita Rohmatur Rizki
Grid.ID - Seorang wanita berhasil membuka mata dunia melalui pembalut.
Okamoto, mantan tunawisma yang dibesarkan di New York, harus hidup di jalanan selama 7 bulan karena sang ibu kehilangan pekerjaannya.
Selama menjadi tunawisma, ia menyadari bahwa kebersihan wanita ternyata adalah barang yang paling berharga.
(BACA JUGA:Punya Suami Baru, Medina Zein Ngaku Nggak Bisa Move On!)
Mahasiswi Harvard University ini mengalami sendiri, bagaimana para tunawisma perempuan harus resah saat mengalami periode menstruasi.
Hidup di jalanan, membuat mereka tidak memiliki fasilitas kebersihan dan kesehatan seperti wanita lainnya.
Bahkan para tunawisma merasa sangat hina ketika mereka mengalami menstruasi.
Mereka tidak bisa menjaga kebersihan diri, bahkan tidak memiliki kesempatan untuk memakai pembalut.
(BACA JUGA:Walah Ada-ada Saja Kelakuan Kaesang Pangarep! Netizen Jadi Kasihan Sama Jan Ethes)
Kebanyakan dari mereka merasa sangat malu untuk meminta pembalut pada orang di sekitar mereka, karena takut dihina.
Bahkan saat Okamoto mencoba mencari tahu tentang masa menstruasi para tunawisma, mereka sangat takut untuk menjawabnya, seakan-akan hal itu adalah topik terlarang.
Para tunawisma mengaku hanya menggunakan kertas toilet, sarung bantal, atau tas grosir kertas sebagai pengganti pembalut.
(BACA JUGA:Suka Pakai Topi? yuk Intip 5 Gaya Mix And Match Topi ala Tara Basro, Catchy Banget!)
Karena itulah, Okamoto akhirnya memutuskan untuk melakukan aksi berbagi pembalut untuk tunawisma.
Ia bersama 1900 volunter, berhasil membagikan 14,000 paket pembalut untuk tunawisma di seluruh dunia.
Ia berharap hal itu dapat menginspirasi dunia, untuk lebih peka dan memberi perhatian bagi para tunawisma di sekitar mereka.
Salut! (*)