Laporan Wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai
Grid.ID - Maret lalu, astronot NASA Scott Kelly telah kembali ke Bumi.
Sebelumnya, dia sudah hampir satu tahun di luar angkasa.
Selama 340 hari di stasiun luar angkasa internasional (ISS), para ilmuan juga mengamati saudara kembar indentik Scott, Mark Kelly.
Mark dibiarkan untuk tetap tinggal di Bumi.
(Baca juga: Ini yang Bikin Vishal Singh Betah di Indonesia, Ternyata Bukan Jessica Iskandar!)
Para ilmuan punya tujuan untuk melihat perubahan dalam tubuh manusia yang mungkin punya pengaruh dengan penerbangan luar angkasa di masa depan.
Scott dan Mark membuat subyek penelitian jadi sempurna untuk eksperimen ini karena memiliki DNA yang sama.
Artinya, para ilmuan punya kesempatan langka untuk secara langsung membandingkan perubahan gen Scott dengan perubuahan yang terjadi pada Mark dalam periode waktu yang sama.
Para ilmuan tahu ada efek negatif dalam tubuh manusia ketika hidup di lingkungan tanpa bobot selama enam bulan atau kurang.
(Baca juga: Masih Ingat Wanita yang Terbelah di Lift? Keluarga Akhirnya Angkat Bicara, Ternyata Begini Kejadian Sebenarnya)
Efek negatif yang saat ini sudah diketahui adalah permasalahan pada peregangan tulang belakang.
Selain itu, juga akan timbul pada masa otot dan siklus tidur akan jadi benar-benar kacau.
Namun, dalam jangka panjang efeknya belum dapat diketahui.
Hasi dari studi yang dilakukan oleh NASA ini dapat digunakan untuk mempersiapkan misi di masa depan.
Untuk saat ini, periset masih menyisir data setelah mengambil sampel biologis dari dua manusia kembar tersebut.
Dikutip wartawan Grid.Id, Ahmad Rifai, dari Nature, sebelum hasil dirilis, salah satu dari si kembar akan bersikap diam.
(Baca juga: 30 Tahun Lalu Melahirkan, Kini Anak Sudah Menikah, Ibu Baru Tahu Pihak Rumah Sakit Ternyata Lakuan Kesalahan Fatal)
Perkiraan dari Beberapa Hal Menarik dalam Penelitian
1. Telomeres milik Scott menjadi lebih panjang.
Namun kini sudah menyusuk kembali ke ukuran normal saat kembali ke Bumi.
Telomeres adalah sebuah struktur majemuk di ujung kromosom.
"Itulah kebalikan dari apa yang kami pikirkan, ujar Susan Bailey, seorang ahli biologi radiasi.
Hal ini dapat terjadi karena telomeres lebih pendek pada umumnya sesuai dengan bertambahnya umur.
Hingga kini, ilmuan masih mempelajari apa maknanya.
Menurut NASA, penyebabnya berkaitan dengan olahraga lebih banyak dan makan lebih sedikit kalori saat berada di luar angkasa. 2. Tingkat metilasi Scott menurut.
Ini adalah sebuah proses yang dapat mengubah ativitas segmen DNA tanpa mengubah uratannya.
NASA menyebutkan bahwa gen lebih sensitif terhadap lingkungan yang berubah.
3. Si kembar punya bakteri yang berbeda.
Scott dan Mark memiliki bakteri di usus yang berbeda.
Tulis NASA, "Ini mungkin hasil dari berbagai makanan dan lingkungan yang berbeda."
4. Ilmuan mencari apa yang disebut sebagai 'gen ruang angkasa'.
Dengan mengurutkan RNA di sel darah putih si kembar, peneliti menemukan lebih dari 200 ribu molekul RNA yang berbeda di antara keduanya.
Adalah normal bagi si kemabar untuk memiliki mutasi yang unik pada genom mereka.
NASA menyebutkan, "Para ilmuan sedang mencari apakah 'gen antariksa' dapat diaktifkan saat Scot tengah berada di luar angkasa."(*)