Laporan Wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai
Grid.ID - Seorang ahli teknologi telah menciptakan sebuah chip komputer berdasarkan neuron tikus yang bisa mengenali bau bahan peledak.
Ini adalah sebuah kabar besar, penemuan yang akan punya dampak besar bagi peradaban.
Perangkat ini rencananya bisa ditanamkan ke otak robot di masa depan.
Robot tersebut bisa dilatih untuk mengenali bahaya melalui bau yang bisa menggantikan keamanan bandara tradisional.
(Baca juga: Di Tikungan Tajam Mobil Ini Terbalik, Pengemudi Bilang Sudah Injak Rem, Fakta Sesungguhnya Justru Seperti Ini)
Koniku Kore adalah yang pertama di dunia, mampu untuk menciptakan sebuah perangkat yang dapat melakukan aktivitas menghirup dan mencium bau udara.
Ini berarti, mereka punya kemampuan untuk mendeteksi bahan kimia dan bahan peledak yang mudah menguap.
Bahkan, penyakit seperti kanker bisa deteksi juga.
Berarti, di masa depan para penumpang bisa berhenti melewati jalur keamanan bandara yang membosankan.
(Baca juga: Pengalaman Berharga dari Wanita yang Ingin Mati Saat Lihat Fotonya di Facebook)
Neuroscientist Nigeria, Oshiorenoya Agabi, mengatakan bahwa superkomputernya dapat mensimulasikan kekuatan 204 neuron otak.
Dia menemukan cara untuk menggabungkan neuron yang tumbuh dengan sebuah sirkuit elektronik.
Bagi pria yang berusia 38 tahun tersebut, otak merupakan 'proses paling kuat yang pernah ada di alam semesta'.
"Alih-alih menyalin sebuah neuron, mengapa tak sekalian mengambil sebuah sel biologis itu sendiri dan menggunakannya?" ungkap peneliti tersebut.
Tambahnya, "Pemikiran seperti itu adalah radikal."
Sebab, "Ada sebuah konsekuensi yang masih membingungkan."
Jadi, dirinya dan tim ahli genetika, fisikawan, bio-enginer, ahli biologi dan molekuler, serta beberapa pihak lainnya, sedang mengatur untuk melakukan hal tersebut.
Fokus akan dipusatkan pada masalah yang sangat sulit untuk dilakukan oleh sebuah perangkan silikon.
(Baca juga: Ini 5 Sifat Asli Nagita Slavina yang Terbongkar, Nggak Nyangka Memsye Ternyata Begitu…!)
Perangkan ini sendiri sebenarnya dikembangkan oleh Koniku Kore berbasis di Silicon Valley.
Sebelumnya temuan ini sudah diperkenalkan dalam sebuah konfrensi TED Global di Tanzania.
Bagi mereka, salah satu tantangan utamanya adalah untuk menemukan cara agar menjaga neuron tetap hidup.
Agabi memberi bocoran bahwa neuron hanya dapat tetap bertahan hidup selama 2 tahun di lingkungan laboratorium dan 2 bulan di sebuah perangkat.
(Baca juga: Otak Dapat Dikendalikan, Berikut Panduan Langsung dari Sang Profesor)
Artificial Intelligence (AI) sendiri telah berkembang sangat pesat.
Para ilmuan sedang mencoba untuk membuat dan telah berhasil mewujudkan sebuah mesin yang mirip otak manusia.
Mesin ini mampu belajar dan memahami lingkungan sekitar.
Kedengarannya memang asyik.
Tapi, apakah kenyataannya memang demikian?
Dikutip wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai, dari Daliy Mail, Elon Musk telah berulang kali mengingatkan tentang bahaya AI.
Ini dapat membuat manusia terlihat jadi lebih usang.
Kini Musk sedang mengerjakan proyek baru, mencegah agar manusia benar-benar jadi makhluk yang tak berguna di hadapan AI.
(Baca juga: Baru Saja Tiba di Rumah, Ditodong Senjata, Ini yang Dilakukan Untuk Tetap Hidup)
Berbeda, Agabi yang tumbuh di Lagos dengan membantu ibunya menjual makanan, percaya bahwa masa depan AI terletak pada pembuatan mesin yang lebih hidup.
Dia yakin bahwa perusahaannya dalam 5 sampai 7 tahun ke depan dapat membangun sistem humanoid kognitif berdasarkan neuron sintetis yang lebih hidup.
"Ini sendiri bukanlah sebuah fiksi imiah," tegasnya.
"Kami ingin membangun otak neuron biologis."
Ini adalah sebuah sistem otonom yang memiliki kecerdasan."
Ungkapnnya, "kami tak ingin membangun sebuah otak manusia."(*)