Find Us On Social Media :

Oang Indonesia Suka Makan Sate, Ternyata Ini Lho Penyebabnya

By Alfa Pratama, Jumat, 1 September 2017 | 19:30 WIB

Ketika daging merah sebagai bahan sate dipanaskan pada suhu tinggi, timbul zat karsinogen Heterocyclic amines atau HCA yang memicu kanker

Jika dilitilik dari sejarahnya, sate berasal pertama kali dari Pulau Jawa. 

Kata "sate" atau "satai" diduga berasal dari bahasa Tamil.

Diduga sate diciptakan oleh pedagang makanan jalanan di Jawa sekitar awal abad ke-19, berdasarkan fakta bahwa sate mulai populer sekitar awal abad ke-19 bersamaan dengan semakin banyaknya pendatang dari Arab dan pendatang Muslim Tamil serta Gujarat dari India ke Indonesia.

Hal ini pula yang menjadi alasan populernya penggunaan daging kambing dan domba sebagai bahan sate yang disukai oleh warga keturunan Arab.

Baca : Hari Raya Idul Adha Tahun 2017, Momen Membahagiakan Bagi Maia Estianty, Ini Sebabnya

Dalam tradisi Muslim Indonesia, hari raya Idul Adha atau hari raya kurban adalah peristiwa istimewa.

Pada hari raya kurban ini daging kurban berlimpah dan dibagikan kepada kaum dhuafa dan miskin.

Kebanyakan mereka merayakannya dengan bersama-sama memanggang sate daging kambing, domba, atau sapi.

Dari pulau Jawa, sate menyebar ke seluruh kepulauan Nusantara yang menghasilkan beraneka ragam variasi sate.

Pada akhir abad ke-19, sate telah menyeberangi selat Malaka menuju Malaysia, Singapura, dan Thailand, dibawa oleh perantau dari pulau Jawa serta Madura yang mulai berdagang sate di negeri jiran tersebut.

Baca : 5 Tips Membakar Sate Daging Sapi atau Kambung, Nomor 5 Dagingnya Jadi Tak Mudah Kering

Pada abad ke-19 istilah sate berpindah bersamaan dengan perpindahan pendatang Melayu dari Hindia Belanda menuju Afrika Selatan.