2. Membantah Pembantaian
Suu Kyi terus membantah adanya pembantaian etnis Rohingya di Myanmar.
Dalam wawancara bersama BBC, 5 April 2017, Suu Kyi mengatakan bantahan tersebut.
"Tidak benar ada pembantaian etnis. Istilah pembantaian etnis terlalu berlebihan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi," ujar dia.
Suu Kyi juga kesal karena aktivis dunia menganggapnya tidak bersuara terhadap adanya pembantaian Rohingya.
"Saya sudah menerima pertanyaan ini sejak 2013. Saya sudah menjawab, tapi mereka terus mengatakan saya tidak bersuara. Penyebabnya, hanya karena saya tidak membuat komentar yang menyudutkan pihak tertentu," kata Suu Kyi.
3. Menolak Visa Tim Kemanusiaan
Pemerintahan Myanmar di bawah Aung San Suu Kyi bahkan menolak memberi visa untuk tim kemanusiaan yang datang ke Myanmar.
Padahal, tujuan tim ini adalah untuk etnis Rohingya, termasuk PBB.
Penegasan itu disampaikan oleh staff kementerian luar negeri Myanmar, Kyaw Zeya.
"Bila ada yang datang untuk misi pencarian fakta, tidak ada alasan bagi mereka untuk datang," kata Kyaw Zeya, dikutip Grid.ID dari The Guardian, 30 Juni 2017.
4. Dianggap Anti Rohingya
Matthew Smith, pimpinan lembaga HAM Fortify Rights, mengatakan komentar-komentar Aung San Suu Kyi sebagai pemimpin Myanmar, tak mengayomi etnis Rohingya.
"Aung San Suu Kyi terus membuat pernyataan yang merusak,"
"Pemerintahannya menunjukkan sikap anti Rohingya, anti terhadap misi kemanusiaan, sehingga makin membuat panas negara ini,"
"Sebagai seorang pemimpin negara, Aung San Suu Kyi harusnya memberikan pesan yang menenangkan, juga menginstruksikan militer untuk menahan diri,"
"Pesan dari Suu Kyi justru tidak bertanggungjawab terhadap apa yang terjadi saat ini," ujar Matthew, dikutip Grid.ID dari CNN, 31 Agustus 2017. (*)