Find Us On Social Media :

Shame On You Suu Kyi jadi Trending Topic, ini Daftar Dosanya pada Etnis Rohingya

By Aditya Prasanda, Minggu, 3 September 2017 | 03:53 WIB

Aung San Suu Kyi dan dosanya pada etnis Rohingya

"Kami menolaknya, karena (kunjungan) itu bukan solusi untuk menyelesaikan apa yang terjadi di tanah kami," ujar Suu Kyi dikutip Grid.ID dari The Guardian.

2. Membantah Pembantaian

Suu Kyi terus membantah adanya pembantaian etnis Rohingya di Myanmar.

Dalam wawancara bersama BBC, 5 April 2017, Suu Kyi mengatakan bantahan tersebut.

"Tidak benar ada pembantaian etnis. Istilah pembantaian etnis terlalu berlebihan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi," ujar dia.

Suu Kyi juga kesal karena aktivis dunia menganggapnya tidak bersuara terhadap adanya pembantaian Rohingya.

"Saya sudah menerima pertanyaan ini sejak 2013. Saya sudah menjawab, tapi mereka terus mengatakan saya tidak bersuara. Penyebabnya, hanya karena saya tidak membuat komentar yang menyudutkan pihak tertentu," kata Suu Kyi.

3. Menolak Visa Tim Kemanusiaan

Pemerintahan Myanmar di bawah Aung San Suu Kyi bahkan menolak memberi visa untuk tim kemanusiaan yang datang ke Myanmar.

Padahal, tujuan tim ini adalah untuk etnis Rohingya, termasuk PBB.

Penegasan itu disampaikan oleh staff kementerian luar negeri Myanmar, Kyaw Zeya.

"Bila ada yang datang untuk misi pencarian fakta, tidak ada alasan bagi mereka untuk datang," kata Kyaw Zeya, dikutip Grid.ID dari The Guardian, 30 Juni 2017.

4. Dianggap Anti Rohingya

Matthew Smith, pimpinan lembaga HAM Fortify Rights, mengatakan komentar-komentar Aung San Suu Kyi sebagai pemimpin Myanmar, tak mengayomi etnis Rohingya.

"Aung San Suu Kyi terus membuat pernyataan yang merusak,"

"Pemerintahannya menunjukkan sikap anti Rohingya, anti terhadap misi kemanusiaan, sehingga makin membuat panas negara ini,"

"Sebagai seorang pemimpin negara, Aung San Suu Kyi harusnya memberikan pesan yang menenangkan, juga menginstruksikan militer untuk menahan diri,"

"Pesan dari Suu Kyi justru tidak bertanggungjawab terhadap apa yang terjadi saat ini," ujar Matthew, dikutip Grid.ID dari CNN, 31 Agustus 2017. (*)