Find Us On Social Media :

Selamatkan Nyawa Anak atau Bebaskan Istri dari Penjara, Pria Ini Dilema Pilih yang Mana

By Anita Rohmatur R, Rabu, 13 September 2017 | 19:43 WIB

Britianie Pace dan brodie

Grid.ID - Menjadi seorang ibu adalah tanggung jawab terbesar seorang perempuan dalam hidupnya.

Merawat anak sepenuh hati agar tumbuh berkembang menjadi baik adalah kebahagiaan terbesar seorang ibu.

Dilansir reporter Grid.ID dari viralnova.com.

Ibu muda bernama Britianie Pace asal negara Georgia didakwa dengan kekejaman anak di tingkat kedua atas kelalaiannya kepada anaknya yang masih balita.

(BACA JUGA: Sadis, Mahasiswi Ini Membungkam Bayinya yang Baru Dilahirkan Karena Hal Ini...)

Anak laki-lakinya yang berusia satu tahun, Brodie, ditinggalkan tanpa pengawasan oleh Britianie di bak mandi bersama saudara perempuannya yang berusia dua tahun.

Brodie hampir tenggelam akibat kecerobohan ibunya itu.

Brodie lantas dilarikan ke rumah sakit akibat insiden tersebut.

Karena Brodie dalam kondisi kritis, dokter telah memperjelas bahwa mereka tidak percaya bahwa anak balita itu akan selamat dan hidup setelah kejadian itu.

(BACA JUGA: 13 Tahun Menghilang, Seorang Pemuda Diduga Diculik Korea Utara dan Lakukan Ini Disana)

Bahkan Brade Gilleland harus membuat keputusan sulit setelah kejadian itu.

Brodie harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit, namun biaya yang dikeluarkan cukup besar untuk perawatannya.

Jika tidak segera mendapat perawatan itu dipastikan anaknya akan mati.

Dengan Pace di penjara, semua keputusan berada di tangan Brade.

Ayah itu sekarang bahkan berpenghasilan kecil dan harus bekerja demi mencari uang untuk perawatan anaknya.

(BACA JUGA:Bukan Hanya Almarhumah Julia Perez, Wanita Ini Juga Dekat Banget Loh Sama Ruben Onsu )

Situasi menjadi lebih sulit bagi Brade.

Sekarang ia harus memilih mau memprioritaskan yang mana dahulu, istri atau anaknya?.

Ia harus menebus uang jaminan istrinya yang berkisar sekitar 25 ribu dolar Amerika atau sekitar 32 juta rupiah agar Pace bisa bebas dari penjara.

Namun jika itu ia lakukan, ia tak bisa selamatkan nyawa anaknya.

Bahkan kita tidak bisa membayangkan keraguan, rasa sakit, dan rasa bersalah di hati Brade Gilleland karena dia terpaksa membuat keputusan tersulit dalam hidupnya sebagai seorang suami dan ayah.

(*)