Lee melihat anggota keluarga Halimah Yacob hampir setiap hari.
Tapi setelah tetangganya itu ditunjuk sebagai presiden Singapura, Lee dan banyak tetangga Halimah lainnya, merasakan emosi yang bercampur aduk.
"Hal ini sangat istimewa karena dia akan menjadi presiden wanita pertama di Singapura, dan kami sangat bangga karena seseorang seperti dia yang tinggal di rusun di Yishun bisa menjadi presiden," katanya kepada The Straits Times dalam bahasa Mandarin.
Halimah Yacob memang sudah menyatakan akan tetap tinggal di rusun, dan tak mau tinggal di istana.
Namun, Halimah sendiri mangakui bahwa bagaimana pun juga, ia mungkin harus pindah karena sulitnya tantangan untuk menjaga keamanan seorang presiden di rusun umum seperti itu.
Bagi tetangganya, jika Halimah pindah, maka berarti kehilangan wajah ramah di lift dan obrolan hangat di dek kosong.
Bahkan seorang agen koran bernama G. Dabamani, 54, mengatakan bahwa Halimah sering bertanya bagaimana keadaannya dan apakah dia mendapat manfaat dari kebijakan pemerintah seperti Workfare.
"Kami sedih karena kami mungkin tidak bisa melihat atau berbicara dengannya di lift lagi."
"Jika dia tetap di sini, saya akan sangat bangga - presiden saya tinggal di blok yang sama dengan saya!" kata Madam Dabamani.
Petugas keamanan Henry Lim, 57, juga akan absen melihat seseorang yang dia kenal sebagai pekerja keras sejati dari kalangan yang membumi.