Tak cukup sampai di situ, Maggelani yang inspirasinya datang saat ia tengah berlibur di Maroko adalah wujud cipta kekagumannya akan hamparan bintang di Maroko.
Magellani sendiri diambil dari nama galaksi kecil yang mengitari Bima Sakti. Lewat mata teleskop, Hian mendapati susunan bintang telah menyerupai jalur yang menuju ke arah Selatan.
Para ilmuwan mengamati jalur bintang itu merupakan penuntun kawanan burung saat bermigrasi di musim dingin dari Utara untuk mencari tempat yang lebih hangat di Selatan.
Kekaguman Hian bertambah saat mengetahui terselinap cerita romantis dari rakyat Estonia tentang bintang-bintang itu.
( BACA : Pakai Gaun Kembaran, Lebih Cantik dan Seksi Nikita Mirzani atau Nikita Willy di Foto Ini? )
Bahwasanya seorang mahadewi bernama Lindu jatuh cinta pada ketampanan Cahaya Utara dan menangis patah hati karena kekasihnya tak berkepastian.
Ia pun menjelma menjadi sesosok dewi yang memimpin kawanan burung yang terbang dari Utara ke Selatan. Jejak air mata sang Dewi menjadi jalur migrasi burung-burung untuk berpindah dari tempat dingin ke area yang hangat.
"Saat traveling ke Maroko kebetulan jam 5 shubuh terbangun dan keluar dari tenda. Di sana pertama kalinya aku melihat milky way. Aku mikir suatu saat mau bikin koleksi yang terinspirasi dari milky way," cerita Hian tentang inspirasi koleksinya, dalam konferensi pers yang digelar di Raffles Hotel, Jakarta, Rabu (6/9).
Perbedaan nampak jelas dari kedua koleksi yang ia siapkan dalam kedua peragaan busana tunggal miliknya.
Magellani lebih ringkas, simpel, kekinian, namun ternyata disiapkan dengan tingkat kerumitan yang tinggi yang membutuhkan waktu pembuatan selama 1 hingga 3 minggu satu busana saja, ckckck….
Deret koleksi terdiri dari jaket berlengan lonceng yang dipadu rok lebar klok dari bahan flanel, atau terusan span berbahan tipis, dalam nafas mode era 1940-an.