Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Suminar/Ridho Nugroho
Grid.ID – Apa yang ada di benak kamu saat melihat keindahan gugusan bintang di langit nan temaram? Pastilah kata takjub nan indah yang muncul di ujung bibir.
Ya, ungkapan ini rasanya juga pantas disematkan pada peragaan busana Magellani yang dihadirkan oleh desainer berbakat Hian Tjen pada Rabu Malam tepatnya pada tanggal 6 September 2017 di Ballroom Raffles Hotel, Jakarta.
Turut mengambil bagian dalam jejak karier seorang Hian Tjen, Grid.ID begitu terpesona dengan kematangan seorang Hian, sapaan akrab pria kelahiran 19 Februari 1985 tersebut dalam menyiapkan presentasi busananya.
Yap, Hian termasuk yang cukup berbeda dengan desainer busana Indonesia lainnya.
( BACA : Wow, 5 Gaun Pernikahan Ini Termahal di Dunia, Harganya Bisa Buat Beli Rumah Mewah )
Sejak memutuskan menggelar peragaan busana bertajuk Chateau Fleur pada 2 tahun lalu, yang mana Grid.ID berkesempatan hadir menikmati sajian deret busana anggun nan glamor bernuansa putih, hitam dan merah kala itu, Hian terbilang begitu perfeksionis dalam menyiapkan sebuah peragaan.
Barangkali citra ini juga yang ditangkap Grid.ID ketika melihat fashion show bertema Magellani yang sarat akan nilai filosofis.
Rona biru dan silver serta kemegahan sebuah peragaan busana tak pelak membuat Grid.ID begitu bersemangat untuk segera menyaksikan semua koleksi busana selepas konferensi pers berlangsung.
Pertanyaan yang muncul, apakah janji Hian untuk memberikan tampilan berbeda pada koleksinya kali ini benar-benar diwujudkan? Ternyata jawabannya, ia.
Begitu detail memikirkan setiap ornamennya, langit-langit ballroom Raffles Hotel Jakarta disulap layaknya hamparan bintang-bintang di langit. Kubah besar tampak berdiri gagah di tengah panggung yang sesekali memancarkan kilap yang menciptakan nuansa romantis nan syahdu.
Tak cukup sampai di situ, Maggelani yang inspirasinya datang saat ia tengah berlibur di Maroko adalah wujud cipta kekagumannya akan hamparan bintang di Maroko.
Magellani sendiri diambil dari nama galaksi kecil yang mengitari Bima Sakti. Lewat mata teleskop, Hian mendapati susunan bintang telah menyerupai jalur yang menuju ke arah Selatan.
Para ilmuwan mengamati jalur bintang itu merupakan penuntun kawanan burung saat bermigrasi di musim dingin dari Utara untuk mencari tempat yang lebih hangat di Selatan.
Kekaguman Hian bertambah saat mengetahui terselinap cerita romantis dari rakyat Estonia tentang bintang-bintang itu.
( BACA : Pakai Gaun Kembaran, Lebih Cantik dan Seksi Nikita Mirzani atau Nikita Willy di Foto Ini? )
Bahwasanya seorang mahadewi bernama Lindu jatuh cinta pada ketampanan Cahaya Utara dan menangis patah hati karena kekasihnya tak berkepastian.
Ia pun menjelma menjadi sesosok dewi yang memimpin kawanan burung yang terbang dari Utara ke Selatan. Jejak air mata sang Dewi menjadi jalur migrasi burung-burung untuk berpindah dari tempat dingin ke area yang hangat.
"Saat traveling ke Maroko kebetulan jam 5 shubuh terbangun dan keluar dari tenda. Di sana pertama kalinya aku melihat milky way. Aku mikir suatu saat mau bikin koleksi yang terinspirasi dari milky way," cerita Hian tentang inspirasi koleksinya, dalam konferensi pers yang digelar di Raffles Hotel, Jakarta, Rabu (6/9).
Perbedaan nampak jelas dari kedua koleksi yang ia siapkan dalam kedua peragaan busana tunggal miliknya.
Magellani lebih ringkas, simpel, kekinian, namun ternyata disiapkan dengan tingkat kerumitan yang tinggi yang membutuhkan waktu pembuatan selama 1 hingga 3 minggu satu busana saja, ckckck….
Deret koleksi terdiri dari jaket berlengan lonceng yang dipadu rok lebar klok dari bahan flanel, atau terusan span berbahan tipis, dalam nafas mode era 1940-an.
Detail bintang-bintang yang dijahitkan satu per satu di atas gaun bukan hanya mempercantik rancangan, tapi lebih untuk mempertegas ide.
Pada busana lain, desainer lulusan Esmod itu juga menandaskan torso transparan pada busana bersiluet lurus, serta gaun-gaun malam panjang dengan rok tumpuk di atas bahan tulle untuk memberi kesan tokoh dewi.
Ada pula jaket lebar berlukisan citra tokoh gadis Lindu di antara lambang astrologi hasil sulam tangan yang menjadikannya sebagai aksen penyita perhatian.
Kekayaan sulam tangan dan bordir ini tampak pula menguatkan rancangan blus, rok, dan gaun-gaun yang saling berpadu padan dalam garis simpel.
Balutan material sengaja dipilih dalam bahan seperti silk gazar, scuba, dan tulle.
Hian memilih warna dusty pink, slate blue, dan midnite blue, serta menyisipkan warna keemasan dan keperakan.
Dominasi elegan, feminin, romantis dan modern serta couture begitu jelas tergambar dari fashion show Magellani dari desainer Hian Tjen di tahun 2017 kali ini. (*)
Foto-foto: Tim Muara Bagdja