Find Us On Social Media :

Ngeri, Inilah Cara Ritual Bom-boman, Tren Anak SMA yang Tewaskan Pelajar di Bogor

By Aji Bramastra, Sabtu, 16 September 2017 | 02:45 WIB

(kiri) ilustrasi perkelahian, (tengah) pemakaman Hilarius Event Raharjo

"Anak saya waktu itu diajak untuk melihat pertandingan basket. Tapi ternyata, dia sudah disiapin oleh senior kakak kelasnya untuk bertarung dengan murid dari sekolah SMA Mardi Yuana," ucap Vanansius, Kamis (14/9/2017).

Vanansius mengatakan, tradisi "bom-boman" itu selalu dilakukan jika kedua sekolah tersebut bertemu dalam ajang kompetisi bola basket.

Ritual "bom-boman" tersebut melibatkan para senior dan alumni dari kedua sekolah itu.

Korbannya adalah junior mereka yang masih duduk di kelas satu SMA.

Para junior ini, lanjut Vanansius, dipaksa oleh para senior untuk berduel tangan kosong. 

Lawannya adalah murid dari sekolah lain yang sebelumnya juga sudah disiapkan.

"Kakak kelas ini dikoordinir sama alumni sekolah. Jegernya atau promotornya, ya alumni itu, yang mengelola kelas tiga. Mereka mencari anak-anak yang baru masuk untuk dipaksa berduel," kata Vanansius.

Ia menambahkan, tradisi "bom-boman" antar kedua sekolah itu sudah lama berlangsung dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

Sebelum berduel, mereka mencari lapangan yang sepi.

Hanya komunitas mereka saja yang bisa melihat pertarungan ala gladiator itu secara langsung.

"Saya dapat informasi itu dari semua orang yang saat itu ada di lokasi kejadian, termasuk dari teman anak saya. Acara (bom-boman, red) ini emang udah lama, tapi yang sampai tewas ya baru ini, anak saya,"

"Setelah kejadian ini, baru pada tahu ternyata ada ajang seperti itu. Pihak sekolah dan guru juga tidak tahu awalnya," ungkapnya.

Sementara itu, Maria meminta agar keadilan bisa ditegakkan.

Sebab, kata dia, meski pelaku utama yang menewaskan anaknya sudah dikeluarkan dari sekolah, namun hal itu belum dirasa cukup untuk memberikan efek jera.

"Ada 50 orang lebih yang menonton anak saya disiksa sampai sakratul maut. Divideokan oleh siswa-siswa yang menyaksikan," tutur Maria.

Sebelumnya, Maria sempat mencurahkan perasaan sedihnya lewat akun Facebook pribadinya, Maria Agnes.

Dalam postingan yang ditulisnya pada tanggal 12 September 2017, Maria memohon kepada Presiden Joko Widodo dapat menegakkan keadilan atas kasus yang merenggut nyawa anaknya. (*)