Grid.ID - Kanker memang menjadi musuh utama kesehatan.
Berbagai macam kanker menyerang manusia dan membunuhi pengidapnya setiap harinya di dunia.
Dilansir reporter Grid.ID dari The Sun.
Pada bulan Februari 2016 ibu bernama Heather berusia 29 tahun asal Lichfield, Staffordshire, Inggris, menganggap sepele apa yang terdapat di sisi kanan lidahnya.
( BACA : Wah! Bawaan Hamil, Zaskia Adya Mecca Sampai Minta Tuker Rumah Gara-Gara Ini )
Heather menganggap bahwa itu adalah sariawan.
Namun pada bulan Mei tahun ini, Heather begitu terbebani rasa sakit di lidahnya.
Dia mulai menangis akibat sakit di lidahnya, suaminya Chris, 33 tahun meyakinkannya untuk pergi ke dokter gigi.
"Begitu melihatnya, dia hanya menjadi pucat. Dia mengatakan kepada saya bahwa saya memerlukan rujukan mendesak ke Rumah Sakit Royal Derby. " ujar Heather.
( BACA : Nafa Urbach Akhirnya Ajukan Cerai, Ternyata Sudah 3 Kali Zack Lee Diterpa Isu Selingkuh! )
"Itu tidak terlalu besar tapi cukup menyakitkan. Itu tidak terlihat lebih buruk dari sariawan biasa. "
"Dokter merekomendasikan obat kumur air garam dan sepertinya tidak terlalu khawatir, karena sariawan mulut sangat umum."
Pada tanggal 26 Mei di Royal Derby Hospital, dokter mengatakan kepada Heather bahwa dia mungkin menderita kanker mulut.
Hasil dari pemindaian MRI dan CT mengkonfirmasi bahwa dia memiliki tumor stadium empat yang tumbuh di lidahnya, yang telah menyebar ke lehernya.
"Dokter mengatakan kepada saya bahwa mereka harus melepaskan sebagian lidah saya," kenang Heather.
"Saya langsung bilang iya. Saya hanya ingin mereka memotong kanker itu agar bisa keluar dari tubuh saya."
Dua hari kemudian, Heather menjalani operasi delapan setengah jam untuk mengangkat tumornya.
Mulutnya terbelah dari telinga ke telinga, rahangnya patah dan sisi kanan lidahnya diangkat, begitu pula kelenjar di lehernya dimana kanker juga menyebar.
Dokter kemudian memotong daging sepanjang dua inci dari lengan kiri Heather dan mencangkokkannya ke lidahnya yang tersisa.
"Ini adalah operasi besar-besaran, tapi sungguh menakjubkan apa yang bisa dokter lakukan."
"Walaupun dokter memperingatkan bahwa ada risiko yang mungkin tidak terjadi dan saya tidak dapat makan atau minum lagi," kata Heather.
"Setelah operasi itu saya sama sekali tidak bisa bicara," katanya.
"Saya harus berkomunikasi melalui tulisan."
Seminggu setelah operasinya, Heather bisa bersuara dengan mulutnya dan mulai belajar berbicara lagi dan bisa pulang ke rumah.
Namun ia belum bisa makan, awalnya Heather hanya mampu mengonsumsi cairan dan dia baru saja mulai makan makanan padat yang empuk, seperti roti putih.
Dokter percaya bahwa kanker Heather dapat sembuh saat pemindaian perkembangan kesehatan berikutnya pada bulan Desember.
(*)