Laporan Wartawan Grid.ID, Yuliana Sere
Grid.ID – Kemoterapi atau kemo merupakan penggunaan zat kimia untuk penyembuhan suatu penyakit.
Seseorang yang berada di dalam kondisi ini bisa merasakan sakit yang luar biasa.
Dilansir dari boldsky.com, Grid.ID menemukan obat yang bisa meringankan rasa sakit saat kemoterapi.
Obat yang dikenal sebagai melatonin bisa mencegah rasa sakit akibat kemoterapi.
Para ahli mengatakan temuan tersebut membantu mereka memahami lebih banyak cara tentang membatasi efek samping dari kemo yang menyakitkan.
Penelitian ini dilakukan oleh ilmuwan dari Universitas Edinburgh dan Aberdeen.
Mereka fokus pada kondisi umum yang dikenal sebagai nyeri neuropati akibat kemoterapi (CINP).
Kondisi ini menyebabkan rasa kesemutan dan sensasi nyeri pada sentuhan dan suhu dingin yang bisa cukup parah sehingga menyebabkan pasien membatasi pengobatan kemoterapi.
(BACA : Mantan Personil T2 Ini Putuskan Berhijab, Begini Penampilannya Sekarang, Makin Cantik? )
Studi tersebut menunjukkan bahwa melatonin yang diberikan sebelum kemoterapi membatasi efek kerusakan pada sel saraf dan perkembangan gejala nyeri.
Dalam penelitian ini, melatonin berpotensi sebagai pencegahan dan bukan penyembuhan.
Pengobatan melatonin tidak mengganggu efek antikanker.
Temuan juga menunjukkan bahwa melatonin mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh kemoterapi ke bagian vital sel saraf yang dikenal sebagai mitokondria.
Melatonin adalah hormon alami yang mengendalikan pola tidur.
Versi sintetis dari melatonin dapat diproduksi di laboratorium.
Profesor Helen Galley dari Institute of Medical Sciences di University of Aberdeen mengatakan: "Hasil ini menjanjikan, terutama karena pengobatan melatonin diketahui aman.”
Melatonin dapat mencegah CINP dengan melindungi mitokondria sel saraf.
Langkah selanjutnya adalah menguji lebih lanjut teori ini dengan melihat efek melatonin pada kondisi nyeri lainnya yang juga melibatkan kerusakan mitokondria.
(BACA : Ingat Bintang Iklan Menggemaskan Ini? Sekarang Afiqah Terlihat Cantik dan Tetap Imut loh )
Penelitian baru-baru ini diterbitkan dalam Journal of Pineal Research. (*)