"Banyak orang mungkin berpikir bahwa ukuran populasi hanya menjadi masalah bagi negara berkembang."
"Kita tak menyadari, tinggal di negara maju sebenarnya," juga, "memiliki dampak lingkungan yang lebih besar."
"Ada emisi karbon dioksida yang jauh lebih besar dihasilkan tiap orang," ungkapnya pada Dagens Nyheter.
Menurut survei yang dilakukan oleh Pollen Sifo pada bulan Februari tahun ini, 92 persen orang Swedia menganggap gaya hidup ramah lingkungan dan berkelanjutan jadi sangat penting.
(Baca juga: Foto Bareng Minho SHINee, Ayu Ting Ting Bikin Gemas Netizen, Sampai Ada yang Bilang Kasar Begini!)
Sementara itu, tingkat kelahir Swedia perlahan mulai naik di tengah migrasi bersekala besar ke negara ini.
Antara tahun 2001 dan 2014, muncul kenaikan 25 persen kelahiran dengan tren yang mungkin masih terus berlanjut.
Dalam temuan ini, wanita berlatar belakang asing ditemukan melahirkan anak yang lebih banyak dari wanita Swedia.
Wanita Swedia memiliki tingkat kesuburan 1,82 anak per wanita.
Sedang wanita asing yang tinggal di Swedia punya persentase 2,21 anak per wanita.
(Baca juga: Lihat Deh! Begini Sedihnya Shafeea Ditinggal El Rumi Sekolah ke London)
Diperkirakan di tahun 2060, kurang lebih Swedia akan diisi oleh 13 juta penduduk.
Sebelumnya, kebijakan 1 anak pernah diterapkan di Tiongkok antara tahun 1979 dan 2015.
Mereka memberi pengecualian bagi etnis minoritas.
Tiongkok setidaknya telah mencegah 400 juta kelahiran.
Bagaimana pendapat kamu tentang pembatasan jumlah anak untuk keberlanjutan kehidupan di Bumi?
Komentar di bawah ini yuk.(*)