Laporan Wartawan Grid.ID, Ahmad Rifai
Grid.ID - Orang-orang Swedia dikenal punya pikiran yang lebih maju.
Mereka punya pandangan yang lebih progresif 1 langkah tentang ekologis.
Ada tingkatan baru yang bisa mereka ambil berlandaskan risel ilmiah dan masukan para aktivis lingkungan.
Keluarga muda Swedia disarankan agar lebih memiliki sedikit anak demi mengurangi beban alam.
(Baca juga: Diduga Memangsa Warga, Buaya Ini Dibelah Hidup-hidup, Ternyata Ini Isi Perutnya)
Banyak orang Swedia dalam beberap tahun terakhir telah menyesuaikan gaya hidup demi keberlanjutan kehidupan di Bumi.
Hal ini mencakup mengurangi berkendara, makan daging lebih sedikit, serta tak mengambil penerbangan transatlantik.
Tapi, para aktivis lingkungan tak cukup puas dengan hal ini.
Harus ada pengorbanan yang lebih dari itu.
(Baca juga: Makin Kurus! Tampilan Manohara Kini Berubah dan Bikin Pangling, Netizen : Kenapa Sekarang Jadi Begini?)
Mereka menyarankan agar keluarga lebih ketat untuk mengurangi karbon.
Dikutip wartawan Grid.ID dari Sputnik, Erik Isberg punya pendapatnya mengenai hal ini.
Dia adalah seorang konsultan kewiraswastaan yang bekerlanjutan dan pendiri LSM Young Collective.
Dirinya mencontohkan tren baru ini dalam sebuah opini dalam harian Swedia Dagens Nyheter.
(Baca juga: Nekat! Malam Satu Suro Denny Sumargo Temui Ratu Pantai Selatan di Tempat Ini)
Judul opini tersebut, 'Buat Pilihan untuk Lingkungan - Hanya Memiliki 1 Anak'.
Dia mengajak orang-orang Swedia untuk membawa mentalitas lingkungan ke tingkatan yang baru.
Isberg merujuk pada sebuah studi di Universitas Lund, di Swedia Selatan.
Mereka menyatakan bebas dari anak adalah pilihan paling drastis untuk mengurangi emisi karbon dioksida sebagai perkembangan dunia.
(Baca juga: Tak Mau Lama-lama, 5 Artis Ini Pilih Jalani Pernikahan Tanpa Pacaran, Salah Satunya Baru Aja Menikah loh)
Menurut Universitas Lund, dengan hanya memiliki 1 anak, ini berarti telah mengurangi 58,6 ton karbon dioksida per tahun.
Sedangkan hidup tanpa mobil hanya menghemat 2,4 ton karbon dioksida per tahun.
Disampaikan dalam harian Dagens Nyhter, jika diperbandingkan, tentu memilih bebas dari mobil adalah pilihan yang sangat kurang efektif.
Sebaliknya, penyortiran limbah yang cermat hanya berkontribusi pada pengurangan 0,2 ton per tahun.
(Baca juga:Sendirian di Kamar Hotel, Penyanyi Dangdut Evi Masamba Ungkap Ditemani 'Seseorang', Ada Fotonya!)
Isberg kemudian bertanya, "Muncul pertanyaan cepat dalam pikiran, 'Bisakah kita benar-benar mengabaikan kesempatan yang begitu besar untuk mengurangi dampak,'" yang dibuat oleh manusia?
"Tak ada."
"Namun, Anda bisa memilih ini, dan mungkin sudah saatnya bagi semua orang tua sekarang dan yang di masa depan, mengajukan pertanyaan ini kepada diri sendiri."
Kemungkinan terbesar, "Pilihan ini bisa jadi memberi masa depan bagi anak Anda."
(Baca juga: Orang Kaya Mandi Saja Pakai Duit, Lihat Wanita Ini, Syahrini Pun Bisa Kalah Mentereng!)
Kimberly Nicholas bagian dari program penelitian ini.
Dia berpendapat bahwa kelebihan populasi dianggap salah.
Ini yang kerap mengganggu negara-negara berkembang.
Tapi sebenarnya tak demikian.
(Baca juga: Ngeri! Video Ini Rekam Detik-detik Caisar Jatuh Dari Atas Kuda, Eh Malah Disindir Soal Rumah Tangga!)
"Banyak orang mungkin berpikir bahwa ukuran populasi hanya menjadi masalah bagi negara berkembang."
"Kita tak menyadari, tinggal di negara maju sebenarnya," juga, "memiliki dampak lingkungan yang lebih besar."
"Ada emisi karbon dioksida yang jauh lebih besar dihasilkan tiap orang," ungkapnya pada Dagens Nyheter.
Menurut survei yang dilakukan oleh Pollen Sifo pada bulan Februari tahun ini, 92 persen orang Swedia menganggap gaya hidup ramah lingkungan dan berkelanjutan jadi sangat penting.
(Baca juga: Foto Bareng Minho SHINee, Ayu Ting Ting Bikin Gemas Netizen, Sampai Ada yang Bilang Kasar Begini!)
Sementara itu, tingkat kelahir Swedia perlahan mulai naik di tengah migrasi bersekala besar ke negara ini.
Antara tahun 2001 dan 2014, muncul kenaikan 25 persen kelahiran dengan tren yang mungkin masih terus berlanjut.
Dalam temuan ini, wanita berlatar belakang asing ditemukan melahirkan anak yang lebih banyak dari wanita Swedia.
Wanita Swedia memiliki tingkat kesuburan 1,82 anak per wanita.
Sedang wanita asing yang tinggal di Swedia punya persentase 2,21 anak per wanita.
(Baca juga: Lihat Deh! Begini Sedihnya Shafeea Ditinggal El Rumi Sekolah ke London)
Diperkirakan di tahun 2060, kurang lebih Swedia akan diisi oleh 13 juta penduduk.
Sebelumnya, kebijakan 1 anak pernah diterapkan di Tiongkok antara tahun 1979 dan 2015.
Mereka memberi pengecualian bagi etnis minoritas.
Tiongkok setidaknya telah mencegah 400 juta kelahiran.
Bagaimana pendapat kamu tentang pembatasan jumlah anak untuk keberlanjutan kehidupan di Bumi?
Komentar di bawah ini yuk.(*)