Laporan Wartawan Grid.ID, Dinda Tiara Alfianti
Grid.ID – Salah satu kelebihan sebagai insan kreatif dan seniman ialah mampu menginterpretasikan hal apapun dalam berbagai hasil karya yang menarik.
Itu pula yang sejatinya dipersembahkan oleh seorang desainer kelahiran Medan bernama Yenty Tan dalam koleksi terbarunya kali ini.
Berbekal kegemaran akan sejarah Barat, terutama yang terjadi di Perancis yaitu Belle Epoque, Yenty pun mencoba menyuguhkan deret busana yang sarat akan kemegahan bangsawan dan kerajaan di masa itu.
Dikutip dari bahasa Perancis yaitu La Belle Epoque yang juga bermakna literasi ‘Era Cantik’ yang berlangsung dalam rentang waktu sekitar tahun 1895 hingga 1914.
Masa itu juga merupakan zaman keemasan bangsa Barat yang ditandai dengan kemakmuran, inovasi teknologi, kemajuan ilmiah serta kemasyhuran seni dan budaya.
( BACA : Ungkapan Kebebasan Desainer Eddy Betty dalam 79 Koleksi Busana Couture di Fashion Show Liberte )
Tidak salah rasanya jika Yenty yang memendam kecintaan akan tampilan para wanita di zaman itu dengan menciptakan gaun feminin nan mewah di panggung mode miliknya sendiri.
Ke-24 koleksi gaun rancangannya terdiri dari busana pengantin dan busana koktail dalam sentuhan selera masa kini.
Seperti dituturkan Yenty dalam rilisnya, ternyata di bidang mode pada era tersebut bukan hanya kalangan borjuasi Perancis saja yang merasakan kehidupan mewah.
Kaum kelas bawah pun seperti petani mengalami peningkatan taraf hidup dan mencicipi kemakmuran sehingga mampu membeli dan mengenakan gaun indah nan mewah.
"Jujur saya memang suka sekali dengan zaman sejarah terutama bangsa Eropa, ya, karena terdapat banyak sekali cerita-cerita yang menarik terutama pakaian para bangsa tersebut yang menurut saya sangat cantik dan glamor," Jelas Yenty, saat ditemui oleh Grid.ID pada hari Sabtu (23/09) di Westin Hotel, Jakarta.
Tentu saja peragaan busana ini bukan kali pertama bagi seorang Yenty Tan.
Desainer kelahiran 4 Mei 1980 tersebut sebelumnya pernah menyihir mata pengunjung Jakarta Fashion Week 2014 yang hadir di pagelaran busana yang ia beri tajuk Soreveign Beauty dengan detail kerah khas busana bangsawan.
Inspirasi gaun-gaun di masa kejayaan Beller Epoque itu dengan cermat dikutip oleh perancang lulusan ISWI ini dalam citra kemewahan, kemegahan dan aristokrasi dengan tampilan bergaya masa kini.
"Saya akan menghadirkan beberapa gaun yang memakai ciri khas dari rancangan saya, yaitu gaun dengan tambahan kerah yang tinggi, sebagaimana pakaian para wanita Eropa zaman dulu, namun tetap dengan gaya yang modern agar tetap bisa diterima oleh para pecinta mode," kata Yenty saat konferensi pers yang berlangsung di sore hari.
Total 24 busana yang serba indah tersebut dipersembahkaan di hadapan publik pecinta mode dan wartawan gaya hidup pada Sabtu, 23 September 2017, di Prefunction Two Westin Hotel, Jakarta berkenaan dengan penyelenggaraan pameran pernikahan The New Beginning Westin Wedding yang dihelat Hotel Westin sejak tanggal 23 hingga 24 September 2017.
Bahan-bahan halus semacam satin duchess, lace, tulle digunakan sang desainer untuk menggambarkan karakter wanita yang datang dari kelas atas.
Gaun dengan rok bustle (sumpalan/padding) yang akrab di masa lalu bersalin rupa menjadi terusan sleveless berpotongan flare, rok lurus melebar di bawah, dalam nada warna lembut seperti abu-abu, putih, dan keperakan.
Kekinian terasa ketika Yenty memberanikan diri ikut menampilkan gaun-gaun panjang tembus pandang yang tengah menjadi arus mode masa kini dalam warna biru muda, nude, dan moka.
( BACA : Diundang Chanel ke Fashion Show di Paris, Ini Harga 3 Tas Mewah Milik Chelsea Islan )
Bersejajar dengan kiblat mode, tidak membuat Yenty kehilangan jati dirinya dengan menghadirkan kerah-kerah tinggi ala zaman Victoria yang menjadi signature style Yenty, menjadi faktor pembeda dengan desain-desain yang tengah marak di kalangan masyarakat.
Sang perancang juga pandai menggoda mata penonton untuk sejenak berhenti di bagian atas busana.
Mutiara besar dan kecil diuntai menjadi sebuah mini cape yang dipadankan dengan terusan yang berpotongan ketat di bagian atas dan melebar di bagian bawah.
Perhatian juga kembali tertuju saat Yenty menggunakan teknik lipat, lipit dan tekuk yang dijahit tindas dan dimunculkan di bagian torso, bagian punggung, bagian dada dan pinggang untuk memutakhirkan busana.
"Memang beberapa gaun itu pasti ada hasil tanganku sendiri, dengan metode handmade itulah yang membuat sebuah gaun terlihat lebih glamor karena ada campur tangan langsung dari si pembuatnya, dan pastinya membutuhkan ketelitian yang sangat khusus agar tercipta busana yang indah," jelas Yenty.
Hasilnya, memang tak dipungkiri, semerbak aroma masa kini serta merta merebak pada eksotisme busana era Belle Epoque hadir dalam peragaan busana tersebut.
Selembar busana berpotongan flare hitam yang bersiluet ringkas, dalam sekejap menjadi berkesan mewah ketika dipadankan dengan selembar jubah pendek penuh lempengan berwarna keemasan.
Lempengan ini disusun hingga menyerpai rumbai-rumbai berukuran besar.
Menutup peragaan Yenty menghadirkan gaun pengantin dengan jubah panjang putih yang pada jubah tersebut tersusun lempengan-lempengan seperti pada busana keemasan. Dalam busana ini ditampilkan lempengan-lempengan dengan bubuhan mutiara, lace dan imbuhan kristal swarovski dan menjadi versi grande yang berkesan megah dalam menonjolkan sisi keanggunan dan sofistikasi gaya kaum masa kini.
Good job Yenty Tan! (*)