Laporan Wartawan, Hyashinta Amadeus
Grid.ID - Pernahkah kamu berpikir untuk meninggalkan kehidupan kota yang sibuk dan pindah ke hutan?
Nah, pasangan Malaysia ini melakukannya.
Dilansir Next Shark, pada bulan Desember 2016, pasangan Mohd Ridzuan dan istrinya, Nur Hidayah membuat keputusan berani.
Mereka pindah ke sebuah pondok di Kampung Kuala Tualak, Kedah, Malaysia.
( BACA : Nggak Nyangka! Ternyata Begini Penampilan Shandy Aulia Saat Belum Mandi )
Pondok itu terletak di perkebunan karet dan dibangun dengan bambu.
Dalam sebuah wawancara dengan Harian Metro, istrinya berkata, "Sebelumnya, kami tinggal di rumah ibu mertua saya tapi kami harus pindah karena saudara Ridzuan juga tinggal di sana."
Mereka mencoba menyewa rumah sendiri dalam sebulan namun akhirnya memilih untuk pindah ke kebun karet.
Pondok mereka terdiri dari 3 lantai, ada lantai dasar untuk toilet, lantai 1 untuk dapur, lantai 2 untuk ruang tamu, dan lantai 3 untuk kamar tidur.
( BACA : Laura Basuki Rela Hentikan Beri ASI Demi Syuting Film )
Mereka mengandalkan lilin untuk cahaya di malam hari.
Sumber air juga berasal dari sumur terdekat.
Baru-baru ini mereka juga punya generator baru untuk sumber tenaga listrik.
Sebuah kandang dibangun di samping gubuk mereka sehingga telur dijamin masih segar.
"Meski tidak ada nyamuk di malam hari, kita masih harus hati-hati dengan babi hutan dan ular," kata ibu hamil berusia 23 tahun itu kepada wartawan.
Bagi Ridzuan, dia merasa nyaman tinggal di sana dan tidak memiliki rencana untuk pindah.
"Pondok ini dibangun di atas tanah kakek saya. Saya memilih tinggal di sini karena saya bisa dengan mudah mulai bekerja, "katanya.
Ridzuan bekerja sebagai penyadap karet dan mengumpulkan biji petai untuk dijual.
Dalam sebulan ia mampu menghasilkan Rp 1,9 juta- Rp 2,2 juta.
Meski demikian, pondok itu tidak punya fondasi yang kokoh.
Ketika terjadi hujan, keluarga ini mencari perlindungan di lantai tertinggi.
Keputusan ini juga menarik perhatian pemerintah setempat.
Mereka sempat ditawari sebuah rumah projek pemerintah namun menolak karena tidak sanggup membayar.
Pemerintah mengingatkan bahwa ketika hidup di hutan mereka juga harus memikirkan tentang pendidikan anak mereka kelak.
(*)