Find Us On Social Media :

Sejarah G30S/PKI: Heboh, Tarian Wanita Telanjang saat Pembunuhan Para Jenderal, Ternyata ini Fakta Sesungguhnya

By Aditya Prasanda, Sabtu, 30 September 2017 | 16:13 WIB

Ilustrasi

Laporan wartawan Grid.ID, Aditya Prasanda

Grid.ID - Wanita-wanita ini menolak praktik poligami, mengajarkan baca pada anak-anak buta huruf dan membantu para petani.

Namun pemerintah memenjara, menyiksa, membumi hanguskan, dan memutar balikkan sejarah tentang mereka.

Pasca peristiwa G30S 1965, cerita mengenai Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) hampir semuanya berbau fitnah. 

Kehadiran sejumlah anggota Gerwani di Lubang Buaya, Jakarta, pada malam 1 Oktober 1965, dikaitkan dengan keterlibatannya dalam peristiwa G30S 1965.

Ingat Ibu Guru yang Disiksa, Dipenjara Tentara dan Diteror Seumur Hidup? Akhirnya, Terungkap Fakta Sebenarnya

Sejak itu, kampanye fitnah tentang Gerwani mengalir deras.

Gerwani difitnah menyilet kemaluan para Jenderal dan mencungkil matanya. 

Tak hanya itu, kehadiran Gerwani di Lubang buaya juga dikaitkan dengan pesta seks bebas dan tarian seksual “Harum Bunga”.

Tarian ini akhirnya terbantahkan oleh seorang saksi sejarah, Deborah Sumini yang menyangkal kebohongan yang diawetkan Orde Baru itu.

Lihat Keberuntungan Zodiak Kamu di Bulan Oktober 2017, Aww Gemini Disarankan Berhati-hati dengan Ucapan

Sumini mengatakan, pada 1965 koran Berita Yudha dari Angkatan Bersenjata mengabarkan ada dua nama anggota Gerwani yang ditangkap, yaitu Jamilah dan Fainah.

Keduanya diberitakan melakukan kekerasan, seperti menyileti dan mencungkil mata para jenderal. 

Berita itu memancing amarah masyarakat.

Gerwani menjadi bulan-bulanan. 

Ini Foto-foto Mewahnya 'Istana' Ayu Ting Ting, Ibarat Bumi dan Langit dengan Rumah Tetangganya

Pemberangusan terhadap organisasi itu pun dilakukan di bawah pimpinan tentara. 

Sumini menyangkal bahwa kedua perempuan itu adalah anggota Gerwani.

Menurut dia, kedua wanita itu adalah pekerja seks komersial yang dipaksa untuk mengaku sebagai anggota Gerwani.

Di dalam penjara Bukit Duri, Jakarta, seorang teman Sumini pernah bertemu dengan Fainah.

Bos Playboy Hugh Hefner Meninggal, Beginilah Pesan Sedih dan Romantis Salah Satu Modelnya

Kepadanya, Fainah mengaku dipaksa menari dalam keadaan telanjang di hadapan para jenderal sebelum pembunuhan. 

Tarian diiringi lagu "Genjer-Genjer".

"Padahal, setelah diangkat jenazahnya itu, mata mereka semua utuh. Itu dikatakan oleh dokter forensik. Tidak benar kalau Gerwani dilatih untuk mencungkil mata jenderal," ujar Sumini seperti dikutip Grid.ID dari Kompas.com.

Propaganda fitnah yang dilancarkan oleh koran-koran milik Angkatan Bersenjata itu kemudian dipahatkan melalui diorama di museum Lubang Buaya. 

Menyedihkan! Anak Berusia 8 Tahun Ini Merawat Ibunya Tanpa Mempunyai Ayah dan Beginilah Kehidupan Pahit yang Harus Dijalaninya

Lalu, sejak tahun 1980-an, fitnah itu dikemas melalui film Pengkhianatan G30S/PKI. 

Cerita fitnah itu juga diawetkan melalui penulisan buku-buku sejarah versi Orba.

Padahal, sebaliknya seperti yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan dokumen sejarah, dan dikutip Grid.ID dari Berdikari Online ini.

Sebagian besar pendiri Gerakan Wanita Sedar (Gerwis), yang kelak berganti nama menjadi Gerwani, adalah perempuan-perempuan revolusioner.

Kreatif Banget! Begini 7 Kostum Unik yang Bikin Pesta Halloween Kamu Makin Seru

Mereka pernah terlibat dalam perjuangan melawan kolonialisme dan revolusi bersenjata pasca Proklamasi 17 Agustus 1945. 

Pemimpin terkemuka Gerwis, yakni SK Trimurti, sudah terlibat dalam pergerakan anti-kolonial bersama Bung Karno sejak tahun 1930-an. 

Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, ia ditunjuk sebagai Menteri Perburuhan pertama dalam sejarah Republik.

Tokoh pendiri lainnya, Salawati Daud, adalah walikota Makassar yang pertama di bawah pemerintahan RI sekaligus Walikota perempuan pertama di Indonesia. 

Kamu yang Anak Kuliahan dan Sering Begadang, Pasti Nggak Pede dengan ‘Mata Panda’, Ini 5 Cara Ampuh Mengatasinya

Ia aktif di pergerakan anti-kolonial sejak tahun 1930an. 

Tak hanya mengorganisir perlawanan, Salawati Daud turut bergerilya dan mengangkat senjata melawan Belanda.

Tokoh Gerwani yang lain, seperti Soedjinah, Umi Sardjono, Soelami, dan lain-lain, juga tercatat ikut memanggul senjata membela kemerdekaan Republik Indonesia pasca Proklamasi 17 Agustus 1945.

Gerwis, yang berdiri tanggal 4 Juni 1950, aktif dalam kampanye dan aksi-aksi menuntut pembatalan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB).

Kamu yang Anak Kuliahan dan Sering Begadang, Pasti Nggak Pede dengan ‘Mata Panda’, Ini 5 Cara Ampuh Mengatasinya

Mereka menentang kembalinya modal asing, dan mengutuk peristiwa reaksioner peristiwa 17 Oktober 1952 (upaya sejumlah perwira AD mengkudeta Bung Karno dan membubarkan parlemen).

Pada tahun 1952, Gerwis aktif dalam memperjuangkan hak-hak kaum tani, seperti di Semarang, Kendal, Tanjung Morawa (Sumut), Brastagi (Sumut), dan lain-lain.

Pada tahun 1955, Gerwani (Cat: Gerwis berganti nama menjadi Gerwani di kongres II tahun 1954) aktif memperjuangkan Undang-Undang Perkawinan yang demokratis. 

Di DPR, Ketua Umum Gerwani Umi Sardjono menegaskan bahwa perjuangan mengesahkan UU perkawinan harus dipandang sebagai perjuangan melengkapi revolusi nasional.

Kenali, 10 Tanda Pria & Wanita Berlibido Tinggi, Kamu Salah Satunya?

Pada tahun itu juga Gerwani mengadvokasi seorang perempuan bernama Maisuri, yang dipenjara karena menolak kawin paksa dan memilih lari dengan pacarnya. 

Gerwani juga mengecam dan mengusut tuntas kasus pembunuhan Attamini, seorang perempuan dari keluarga miskin di Malang, oleh seorang pedagang kaya keturunan Arab.

Gerwani paling keras menentang poligami, perkawinan anak-anak, dan pelecehan terhadap perempuan. 

Bagi Gerwani, pengertian kemerdekaan nasional sepenuhnya meliputi juga penghapusan terhadap poligami, kawin paksa, pelacuran dan beban kerja ganda.

Pria Ini Buang Air Besar Yang Berisikan Emas, Lah Kok Bisa Ya ?

Pada tahun 1957, Gerwani mendukung aktif perjuangan bangsa Indonesia untuk mengusir kolonialisme Belanda di Irian Barat. 

Gerwani bahkan mengirimkan anggotanya untuk menjadi sukarelawati untuk pembebasan Irian Barat. 

Tak hanya itu, Gerwani memobilisasi 15.000 wanita ke Istana Negara, saat peringatan Hari Perempuan Sedunia, 1 Maret 1961, untuk menentang pembentukan negara boneka Papua oleh kolonialis Belanda.

Berikut fakta lainnya tentang Gerwani, seperti dikutip Grid.ID dari Berdikari Online:

1. Pada tahun 1957, Gerwani aktif mendukung gerakan buruh untuk menasionalisasi perusahaan asing, terutama perusahaan milik Belanda. 

Langkah ini sekaligus upaya pemerintahan Bung Karno untuk melikuidasi sisa-sisa ekonomi kolonial. 

Dalam kampanye nasionalisasi terhadap perusahaan minyak Caltex, Gerwani dan SOBSI menggalang pembantu rumah tangga untuk memboikot majikan mereka. 

Aksi itu meluas ke restoran dan toko-toko untuk menolak melayani orang asing.

Pada tahun 1960-an, Gerwani berkampanye untuk ketersediaan pangan dan sandang bagi rakyat. 

Tak hanya itu, gerwani rajin melakukan aksi demonstrasi untuk menentang kenaikan harga bahan pokok.

Salah satu demonstrasi besar yang digalang Gerwani untuk menolak kenaikan harga terjadi pada tahun 1960.

Bung Karno merespon aksi tersebut dan berjanji menurunkan harga dalam tiga tahun.

2. Di desa-desa, anggota Gerwani giat bekerjasama dengan Barisan Tani Indonesia (BTI) untuk membela dan memperjuangkan hak-hak kaum tani, seperti hak atas tanah, pembagian hasil panen yang adil, dan lain-lain. 

Gerwani juga menggelar kursus dan pelatihan bagi perempuan tani di desa-desa. Gerwani juga aktif memperjuangkan dilaksanakannya UU Pokok Agraria (UUPA) 1960 dan UU Perjanjian Bagi Hasil (PBH).

3. Gerwani aktif memperjuangkan hak-hak buruh perempuan. Pada tahun 1950-an, Gerwani berhasil mendesak Kongres Wanita Indonesia (Kowani) untuk mengadopsi piagam hak-hak perempuan, yang di dalamnya ada bab khusus tentang hak buruh perempuan, seperti hak yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam memasuki semua pekerjaan dan promosi jabatan, kesetaraan upah, dan penghapusan segala bentuk diskriminasi di tempat kerja. 

Gerwani dan SOBSI juga kerap menggelar aksi bersama menuntut upah yang sama, cuti menstruasi dan hamil, hak perempuan mendapat promosi dan perlakuan yang sama di tempat kerja.

4. Pada tahun 1962, Gerwani mendukung politik Bung Karno untuk mengganyang negara boneka bentukan Inggris di Malaya, yakni federasi Malaysia. 

Tak hanya berkampanye dan menggelar aksi demonstrasi, Gerwani juga menyetorkan anggotanya untuk menjadi sukarelawati dan dipersiapkan untuk dikirim dalam operasi Trikora.

Gerwani aktif menentang pemberontakan PRRI/Permesta, yang dibelakangnya adalah kepentingan imperialisme AS. 

Bagi Gerwani, meneruskan revolusi berarti melawan PRRI/Permesta.

5. Pada tahun 1960, Gerwani aktif mendukung kampanye pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang diserukan oleh Bung Karno. Untuk keperluan itu, Gerwani mendirikan banyak sekali tempat-tempat belajar dan menggelar kursus-kursus PBH.

Gerwani aktif dalam memperjuangkan hak-hak anak-anak. 

Gerwani, misalnya, mendirikan fasilitas pengasuhan untuk anak-anak. Salah satunya adalah tempat penitipan anak. 

Pada pertengahan 1960, Gerwani punya 1.500 balai penitipan anak semacam itu.

Dan pada tahun 1963, Gerwani resmi mendirikan Yayasan Taman Kanak-Kanank (TK) Melati, yang pengurusnya bekerja penuh mengurus penitipan anak. Pada tahun 1960, Gerwani juga merumuskan “panca-cinta” sebagai pedoman pendidikan anak-anak, yaitu cinta tanah air, cinta orangtua dan kemanusiaan, cinta kebenaran dan keadilan, cinta persahabatan dan perdamaian, dan cinta alam sekitar.

6. Gerwani aktif berkampanye untuk pemberantasan korupsi hingga ke akar-akarnya. 

Gerwani menuding korupsi sebagai salah satu biang kerok kenaikan harga-harga.

Beberapa aksi demonstrasi yang digalang Gerwani berisi tuntutan penghapusan korupsi dan retooling aparatur negara.

7. Gerwani aktif menentang pelacuran. 

Bagi Gerwani, pelacuran bukan kesalahan perempuan, kondisi sosial dan ekonomi-lah yang memaksa mereka menjadi pelacur. 

Gerwani yakin, pelacuran akan lenyap di Indonesia apabila sosialisme sudah dipraktekkan.

Gerwani juga aktif menentang pornografi dan memboikot film-film yang merendahkan martabat perempuan. 

8. Pada tahun 1950-an, Gerwani aktif berkampanye menentang film-film yang mempromosikan kebudayaan imperialis, terutama film-film Amerika Serikat (AS). 

Salah satu film yang diprotes berjudul Rock ‘n Roll, yang dianggap bisa meracuni pikiran anak-anak muda. 

Film lain yang diprotes semisal Rock Around the Clock (1956) dan Don’t Knock the Rock. Selanjutnya, dalam kerangka melawan kebudayaan imperialis, Gerwani mendukung berdirinya Lembaga Film Rakyat.

9. Gerwani aktif dalam kampanye dan menggelar aksi-aksi menentang imperialisme, seperti aksi menentang aksi imperialisme Belanda saat kampanye Trikora, lalu aksi menentang kolonialisme Inggris melalui kampaye Dwikora, menuntut nasionalisasi perusahaan milik negara-negara imperialis, dan mengecam keterlibatan imperialisme AS dalam pemberontakan PRRI/Permesta.

10. Gerwani memiliki majalah bulanan bernama Api Kartini, yang mengulas banyak persoalan: dari pergerakan perempuan, situasi ekonomi-politik nasional, budaya, masalah-masalah perempuan, resep masakan, jahit-menjahit, dan lain-lain. 

Anggota redaksinya terdiri dari: Maasje Siwi S, S Sijah, Darmini, Parjani Pradono, SK Trimurti. Turut membantu redaksi, antara lain: Rukiah Kertapati, Sugiarti Siswadi, Mr Trees Sunio, Sulami, Rukmi B Resobowo, Siti Suratih, Sulistyowarni, Sutarni, Sudjinah, dan Sarini.

11. Gerwani aktif berkampanye tentang perlunya gerakan politik perempuan dan mendorong perempuan masuk ke gelanggang politik.

Gerwani berharap lebih banyak wanita yang menjadi anggota DPR dan DPRD, kepala desa, Bupati, Gubernur, Menteri, dan lain-lain.

Pada pemilu 1955, sejumlah pimpinan Gerwani masuk daftar calon anggota DPR melalui PKI, seperti Salawati Daud, Suharti Suwarto, Ny. Mudigdo, Suwardiningsih, Maemunah, dan Umi Sardjono.

12. Gerwani aktif dalam Gerakan Perempuan Internasional, khususnya melalui Gerakan Wanita Demokratis Sedunia (GWDS). 

Melalui GWDS, Gerwani berkampanye tentang penghentian perlombaan persenjataan, pelarangan percobaan senjata atom, mempromosikan perdamaian dunia dan menentang perang, mendukung Konferensi Asia Afrika, penghapusan apartheid, penghapuasan diskriminasi rasial dan fasisme, dan mengecam agresi imperialis di berbagai negara seperti Vietnam, Laos, Kamboja, dan lain-lain.