Grid.ID - Secara statistik, penerbangan komersial adalah salah satu bentuk transportasi teraman di dunia.
Mengingat jumlah penerbangan setiap hari di seluruh dunia, dan jumlah penumpang yang dibawa, kecelakaan fatal sangat jarang terjadi, catatan keselamatan dimungkinkan oleh perawatan yang ketat dan awak yang terlatih.
Namun, ada juga penerbangan yang mengalami gangguan dan kecelakaan.
Teknologi paling maju atau pilot terbaik tidak dapat memberikan jaminan 100% bahwa penerbangan akan berakhir dengan sukses.
Ada juga kesalahan mesin yang membuat pesawat mendarat darurat.
Inilah 6 pendaratan darurat yang terbaik dari keseluruhan sejarah penerbangan.
1. DHL Airbus A300-B4 lolos dari serangan rudal
Pada tahun 2003 sebuah pesawat kargo Airbus A300 yang dioperasikan oleh DHL terkena rudal darat ketika terbang di ketinggian 8000.
Rudal dilepaskan setelah tak lama keberangkatannya dari Baghdad.
Rudal tersebut menabrak sayap dan menembus hingga tangki bahan bakar nomor 1.
Bahan bakar menyala dan membakar sebagian besar sayap.
Untuk mencegah kondisii lebih buruk, pesawat yang telah kehilangan semua hidrolika, pilot pun dipaksa untuk mencoba pendaratan kembali ke Bandara Baghdad.
Akhirnya pesawat mendarat di landasan pacu 33L, 16 menit kemudian.
Kru pesawat yang berjumlah tiga orang melakukan pendaratan bebas dengan kondisi pesawat yang lumpuh.
Pendaratan ini menggunakan dorongan mesin diferensial sebagai satu-satunya yang dipakai oleh pilot.
Pesawat Airbus berbelok dari sisi kiri landasan pacu, mendarat di permukaan pasir lembut, menabrak pagar kawat berduri, dan berhenti.
Ketika pesawat Airbus 300 berhenti dan kru langsung keluar dari kokpit dan berlari menjauh dari pesawat.
Namun mereka sempat menghentikan sejenak langkah mereka karena mereka berada di tengah tebaran ranjau yang tidak jelas lokasinya.
(3 Selebriti Indonesia yang Dinikahi Perwira TNI, Nomor 3 Suaminya Sudah Resign)
2. Pan American Flight 6
Pada tanggal 16 Oktober 1956, pesawat Pan Am berjenis Boeing 377 Stratocruiser terbang dari Honolulu ke San Francisco.
Setelah mendaki di ketinggian 21.000 kaki, mesin nomor 1 mulai melakukan overspeed.
Kapten kemudian memutuskan untuk memotong pasokan minyak ke mesin.
Namun, baling-baling terus berputar yang secara signifikan meningkatkan konsumsi bahan bakar.
Para kru pun menghitung bahwa mereka tidak lagi memiliki cukup bahan bakar tersisa untuk sampai di San Francisco sehingga mereka memutuskan untuk membuang pesawat di lautan.
Satu sayap terkena benturan, menyebabkan pesawat berputar dan menimbulkan kerusakan pada bagian hidung.
Bagian ekornya pun patah.
Meski begitu, semua 31 penumpaang dan krus pesawat selamat dari pendaratan darurat.
(Inilah 9 Selebriti Wanita yang Menikah Muda Sebelum Umur 22 Tahun, Paling Muda Umur 17 Tahun)
3. Pesawat US Airways Airbus 320 mendarat di Sungai Hudson
Pada tanggal 15 Januari 2009, Chesley "Sully" Sullenberge pilot AS Airways melalukan manuver saat menerbangkan pesawat Airbus A320 dan melakukan penerbangan darurat di atas Sungai Hudson, Amerika Seikat.
Semua penumpang selamat dan berhasil di evakuasi dengan menggunakan rakit/kapal kecil yang mengelilingi pesawat.
Pesawat melakukan pendaratan darurat karena bertabrakan dengan sekawanan burung dan beberapa di antaranya masuk ke dalam salah satu mesin pesawat.
Pilot tersebut mencoba untuk kembali ke bandara namun rupanya memutuskan bahwa dia tidak dapat menahan pesawat terbang cukup lama dan memilih untuk mendaratkan pesawat di atas sungai.
Seluruh awak penerbangan US Airways Airbus 1549, termasuk kapten pesawat Sullenberger kemudian dianugerahi Medali Master dari Persekutuan Pilot Udara dan Navigator Udara.
Kisah pendaratan darurat ini kemudian diangkat dalam bentuk film dengan judul Sully.
Film drama biografi karya Clint Eastwood yang ditulis oleh Todd Komamicki ini bercerita tentang kecelakaan pesawat terbang US Airways nomor penerbangan 1549.
Alur cerita film Sully dipetik dari buku otobiografi karya sang Kapten Pilot, Chesley Sullenberger dan Jeffrey Zaslow, berjudul Highest Duty.
4. Pesawat Air Canada Flight 143
Awak Air Canada Flight 143 (nama panggilan Gimli Glider) mengalami insiden penerbangan pada tahun 1983 saat ketika pesawat Boeing 767-233 kehabisan bahan bakar di ketinggian 41.000 kaki.
Penerbangan ini sudah melakukan sekitar setengah perjalanan dari Montreal ke Edmonton, Kanada.
Pada saat terbang muncul suara alarm yang mengindikasikan bahwa kedua mesin pesawat yang mereka terbangkan itu kehabisan bahan bakar.
Tanpa daya kecuali dari unit hidrolik darurat turbin angin (RAT), semua panel instrumen kokpit 767 mati dan benar-benar gelap.
Hanya dengan beberapa alat pengukur cadangan saja yang masih bisa terlihat dan untuk memberikan informasi seperti kecepatan dan ketinggian
Pesawat pun mendarat dengan selamat di Gimli Industrial Park Airport, Kanada.
Hasil penyelidikan menemukan fakta bahwa penyebab pesawat Boeing 767-200 itu kehabisan bahan bakar di udara adalah terjadi kesalahan jumlah bahan bakar yang dimasukkan ke dalam tangki pesawat.
Bahan bakar yang masuk ke dalam pesawat dihitung berdasar skala metric (liter) sementara crew mengasumsikannya dalam skala gallon. Akibatnya, pesawat pun kehabisan bahan bakar di udara.
Untungnya Captain Robert Pearsonn yang menerbangkan pesawat juga seorang penerbang pesawat glider, pesawat terbang layang tanpa mesin.
Seketika, ia pun menghitung kemampuan glide 767-nya, sambil berharap dapat memutar dan mendarat di lapangan terbang Winnipeg, yang menurut pehitungannya masih dalam jangkauan.
5. United Airlines Flight 232
Penerbangan United Airlines 232 adalah penerbangan Denver ke Chicago Amerika Serikat.
Pada tanggal 19 Juli 1989, pesawat McDonnell Douglas DC-10 mengalami kegagalan karena kerusakan mesin di bagian ekornya, yang menyebabkan hilangnya semua kontrol penerbangan.
Kegagalan mesin karena adanya keretakan pada permukaan kipas turbin yang tidak terdeteksi saat perawatan.
Pesawat ini kemudian lalu meledak ketika terperosok saat mesin mati di rerumputan Sioux City, Lowa, Amerika Serikat.
Pesawat yang membawa 285 penumpang ini menewaskan sekitar 111 orang dan melukai 172 orang.
(Tampil Dengan Muka Baru, Raut Nikita Mirzani Dibilang Seram, Ternyata Gara-Gara Ini)
6. Garuda Indonesia penerbangan GA421
Pada tanggal 16 Januari 2002, pesawat B737-300 Garuda Indonesia penerbangan GA421 ditching atau mendarat di anak sungai Bengawan Solo. Penyebabnya, kedua mesin pesawat mati saat terbang akibat menembus badai hujan dan es.
Pesawat rute Lombok - Yogyakarta itu membawa 54 penumpang dan 6 kru. Seluruh penumpang selamat, tetapi seorang kru awak kabin ditemukan tewas, diduga akibat benturan saat pesawat mendarat.
GA421 dijadwalkan terbang dari Selaparang, Mataram, pada pukul 15.00 WITA.
Pesawat B737-300 registrasi PK-GWA yang dipiloti oleh Kapten Abdul Rozak itu kemudian menuju ketinggian jelajah 31.000 kaki.
Pesawat dijadwalkan tiba di Yogyakarta sekitar pukul 17.30 WIB.
Namun saat meninggalkan ketinggian jelajah untuk turun ke bandara Adisutjipto, di atas wilayah Rembang, kapten penerbangan memutuskan untuk sedikit menyimpang dari rute seharusnya, atas izin ATC.
Hal itu dilakukan karena di depan terdapat awan yang mengandung hujan dan petir.
Kru pesawat mencoba untuk terbang di antara dua sel awan badai.
Sekitar 90 detik setelah memasuki awan yang berisi hujan, saat pesawat turun ke ketinggian 18.000 kaki dengan kondisi mesin dalam posisi idle, kedua mesin tiba-tiba mati dan kehilangan daya dorong (thrust).
Ketika pesawat sampai di ketinggian 8.000 kaki, dan kedua mesin belum berhasil di-restart, pilot melihat alur anak sungai Bengawan Solo dan memutuskan untuk melakukan pendaratan di sana.
Pesawat pun melakukan ditching tanpa mengeluarkan roda pendaratan maupun flaps (menjulurkan sayap). (*)
(Dari Pekerjaan ke Pelaminan, Inilah 6 Selebriti yang Menikah Dengan Manajernya )