Laporan Wartawan Grid.ID, Dinda Tiara Alfianti
Grid.ID – Tersisip rasa penasaran sekaligus antusias ketika desainer kenamaan Indonesia, Sebastian Gunawan mengirimkan undangan resmi kepada Grid.ID untuk menjadi bagian dari peragaan busana yang menandai 25 tahun karyanya.
Undangan fashion show bernuansa hitam itu begitu simpel di bagian depan, namun rumit sekaligus detail dan bagus isi dalamnya.
Seperti setiap koleksi karya busana yang selalu ia persembahkan, baik di atas panggung maupun di atas karpet merah.
Menjelajahi kesempurnaan yang muncul dari berbagai unsur yang menjadi satu dalam 82 rancangan, dirangkum sebagai koleksi utuh dan terbaru berjudul WHISPER/Roar yang digelar pada hari Selasa (10/10), di Grand Ballroom Ritz-Carlton Pasific Place, Jakarta.
WHISPER/Roas mengandung filosofi dari ‘bisik-bisik’, semakin nyaring, dan berubah menjadi sebuah ‘gemuruh’ seiring perjalanan karya Sebastian Gunawan yang semakin berkembang di usia karyanya yang menginjak angka 25 tahun.
Barisan koleksi yang dipersembahkan seolah menelisik rancangan sejak semula, semakin berkembang, dan menjadi besar, yang ditandai dengan rancangan-rancangan bersiluet dramatis, detail artistik, serta penggunaan bahan yang diolah kembali dengan sangat menakjubkan.
WHISPER/Roar mengeksplorasi kekayaan romantisme gaya berbusana era tahun 40an, tahun 50an, dan tahun 60an yang menyublim menjadi gaya dengan cita rasa dan aroma sangat masa kini.
Lewat koleksi ini Sebastian dan Cristina ingin mengungkapkan temntang keindahan yang muncul dari keragaman siluet, pilihan bahan, pengerjaan detail dan jangkauan palet warna yang bisa bersatu dengan sangat harmonis.
Pagelaran busana ini dipersembahkan di hadapan para pecinta mode dengan 3 sekuens yang diiringi dengan dentuman musik para model bergaya dengan indahnya di atas panggung bersama dengan balutan gaun couture rancangan pasangan suami istri ini.
Inspirasi berhulu ketertarikan pasangan yang memiliki satu orang anak ini pada keterampilan tangan yang tinggi, seperti kecakapan dalam melipat, kecantikan motif serta tekstur yang dihasilkan dari olahannya, hingga keindahan leret warna yang menjadi benang merah berbagai koleksinya.
Ketertarikan itu mempertemukan Sebastian dan Cristina pada eksotisme Asia dalam mengolah detail dengan romantisme busana Eropa yang memiliki kekayaan tekstil dan tekstur bahan yang begitu variatif.
Di malam itu, para penikmat mode dimanjakan dengan berbagai sajian multi dimensi karena sang desainer menghasilkan sebuah karya yang tidak ternyana.
Lewat peragaan busana ini, desainer yang pernah menempuh pendidikan mode di LPTB Susan Budiardjo ini ingin memberikan pernyataan mode yang hadir dalam beragam potongan; A-line, celana, gaun, jaket pendek, jaket panjang, fitted, duyung, berpadu menjadi koleksi yang sempurna dan memesona.
Di sela-sela busana yang ditampilkan di papan peraga itu menyelinap dress jumper bersiluet lurus yang unik karena terlihat seperti gaun panjang saat model yang mengenakan berdiri tegak dan bersalin rupa dalam sekejap menjadi jumper saat model bergerak.
Hasil karya desainer yang lahir di Jakarta pada tanggal 2 Juli 1967 ini memanfaatkan ragam bahan yang bertolak belakang, yaitu bahan yang tipis, tebal, kilap, halus, dan kaku, untuk memberi efek berbeda-beda, namun tetap dengan ciri khas label Sebastian Gunawan yang membuat setiap wanita yang memakainya terlihat lebih cantik.
Kekuatan koleksi terletak pada saat Sebastian dan Cristina mengeksplorasi bagian lengan busana yang menjadikannya sebagai si penghela perhatian dari deretan busana yang ditampilkan.
Lengan lurus, bervolume, bertumpuk, pendek, panjang, mengayakan siluet dari 82 rancangan yang dipersembahkan oleh Sebastian di malam itu.
Gaya tahun 1940an yang terlihat dalam siluet gaun lurus yang seakan berbisik tenang namun sekaligus meneriakkan tawaran baru lewat detail bergambar malaikat kecil yang tersusun dari butiran swarovski.
Inspirasi gaya New Look tahun 1950an dihadirkan dalam rancangan rok lebar mengembang dari bagan lace kaku berlengan pof yang diperkaya dengan detail pita yang dilipat, ditekuk, dijahit tindas, di sekujur busana.
Penggunaan bahan kaku dan crispy ala tahun 1960an, menggenapkan koleksi di pagelaran busana menakjubkan tersebut.
Bahan-bahan yang cenderung bernilai vintage, di antaranya Damask (bahan tebal bertekstur dan bermotif dari hasil tenun), Mikado (jenis sutra mewah dan berat yang cocok untuk memberi struktur gaun), Sifon, Lame Matelasse, Lace, Sequin (bahan dengan kepingan-kepingan kecil yang dijahitkan diseluruh permukaanya), hingga sejenis kulit imitasi yang memberi nilai tambah pada penampilan busana.
Dengan pasti Sebastian melangkahkan siluet busana-busananya yang berstruktur, konstruktif, dan tegas ke depan.
Gaya berstruktur itu mengungkapkan kesegaran pada desain-desain Sebastian dan Cristina.
Gaun demi gaun dirancang selayaknya sebuah karya seni karena dikerjakan dengan kerajinan tangan yang indah.
Dibutuhkan keterampilan tangan yang lihai dalam memasang kristal, membubuhkan manik, menyusun payet, sulaman, menekuk pita hingga menjadi sebuah tampilan utuh sebuah desain saat busana dikenakan, termasuk dua gaun pengantin dengan imbuhan kristal bergambar senad yang muncul pada saat sequence ketiga.
Kali ini pasangan desainer ini menggali lebih jauh detail yang menarik dalam bentuk lipit dan tekuk pita sebagai halnya seni melipat kertas lalu dituangkan dalam lipatan sebuah busana yang indah.
Sang perancang juga banyak memainkan teknik pita yang dilipat, dibentuk seperti segitiga, lalu disusun bertumpuk hingga membentuk motif timbul tiga dimensi.
Terdapat pula pita yang dijalin selayaknya anyaman keranjang bambu berukuran besar dengan hasil akhir yang memberi kesan indah.
(Ungkapan Kebebasan Desainer Eddy Betty dalam 79 Koleksi Busana Couture di Fashion Show Liberte)
Dengan mengembangkan detail yang menarik itu, Sebastian dan Cristina telah membuktikan bahwa pita, kristal, manik dan payet dalam koleksinya selalu berhasil membuat tiap lembar busana rancangannya mengespresikan nilai glamor, elegan sekaligus artistik.
Palet warna juga bermain dalam rentang yang lebar namun saling berkait hingga menjadi benang merah koleksi rancangannya.
Dominasi biru petrolium meningkahi seburat oranye bata, etaupe, coklat, hitam dan bersejajar dengan kemegahan warna keemasan, rose gold, keperakan, mengalir seperti sebuah ekspresi bisik yang mengalun lembut namun memancarkan rauman sejuta kemewahan.
Dengan detail menarik dan berbagai siluet baru yang dihadirkan, Sebastian Gunawan telah membawa rasa gaun klasik namun dihadirkan dalam nuansa masa kini yang bisiknya menderau ke jagat raya sama seperti tajuk WHISPER/Roar yang diusungnya pada malam itu. (*)
FOTO: TIMMUARABAGDJA