Find Us On Social Media :

Kisah Amelia Genial Penderita Tumor Kepala, Tak Jadi Buta Berkat Operasi Lewat Alis Mata

By , Senin, 16 Oktober 2017 | 22:47 WIB

Amelia

Grid.ID - Raut wajah Amelia Genial (50) terlihat bahagia.

Dalam percakapan dengan ibu yang dikaruniai dua anak dan seorang cucu itu selalu menebar senyum bahagia. 

Dalam setiap tutur kata selalu mengucapkan syukur kepada Tuhan.

Sangat dimaklumi, lantaran dia saat ini sudah sembuh dan lolos dari ancaman kebutaan akibat tumor yang dideritanya. 

“Memang saat ini masih belum fit sepenuhnya, tetapi sudah sangat bagus. Saya yakin beberapa saat ke depan akan kembali bugar,” kata Amelia yang bekerja sebagai tenaga marketing pada perusahaan asuransi tersebut.

Obat Anti Malaria Ada Efek Sampingnya? Ini Penjelasan Dokter Wanita asal Sampit yang saat ini tinggal di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, layak berbahagia.

Karena dia berhasil lolos dari kebutaan akibat tumor yang tumbuh di dasar tengkoraknya.

Perempuan ini menjalani operasi pengangkatan tumor September 2016 lalu.

Operasi itu berhasil dan sukses, kini dia sudah mulai bisa menjalani kehidupan sehari-sehari bebas dari penderitan yang dialami cukup lama.

“Meski terbilang terlambat,  saya bersyukur masih bisa tertolong. Karena kalau terlambat bisa jadi kedua mata. Saya tidak bisa melihat lagi,“ kata Amelia ketika diwawancarai grid.id pada acara “Media Briefing Bedah Tumor Otak Dengan Metode Keyhole Surgery Melalui Alis Mata”  Wanita terlihat selalu semangat dan percaya diri itu menceritakan pengalaman hidupnya diganggu oleh penderitaan terkena tumor yang tumbuh di batang tengkoraknya.

Gejala sakit ini sudah dirasakan sejak lama, sekitar empat atau lima tahun silam. 

Ia mulai merasakan pandangan mata sebelah kirinya tidak enak. Seperti ada yang mengganjal di kelopak matanya.

Waduh, Putri Titian Diprotes Dokter karena Menyusui Anak Sambil Lakukan Hal ini

Saat melihat ia merasakan pandangannya tertutup bayang-bayang melintang dari kiri sisi kiri ke kanan.

“Tidak terasa sakit sih, tapi tidak nyaman saja rasanya,”  imbuhnya.

Karena tidak merasa terganggu berlebihan ia abaikan saja. Ia beranggapan bahwa gejala ini bukan ancaman serius.

“Anak-anak saya sudah menyarankan segera periksa ke dokter mata, tapi saya cuekin. Pikiran saya paling suatu saat hilang sendirinya,” imbuhnya.

Ternyata gangguan itu makin lama makin parah, sehingga dia mencoba datang ke salah seorang dokter spesialis mata di Surabaya.  Semula datang ke seorang dokter, tetapi dokter itu tidak menemukan penyebab gangguan itu.

Sementara itu gangguan pada matanya sudah semakin tidak enak dan sangat menganggu.

Mencari second opinion, akhirnya Amelia mendatangi dokter spesialis mata yang lain.

Dia berkonsultasi ke sebuah rumah sakit.

Dokter itu menyarangkan agar dilakukan MRI. 

Dari hasil MRI itulah akhirnya diketahui bahwa di pangkal saraf mata yang ada di pangkal tengkorak tumbuh tumor cukup besar. 

“Tumor tersebutlah yang diduga menjadi pemicunya. Benjolan tumor itu menekan saraf yang ada di sekitarnya.”

Dokter mengatakan bahwa untuk menghilangkan tumor tersebut harus dilakukan operasi.

Kendati mengalami sakit serius, namun Amelia berusaha tenang dan tetap optimistis bahwa penyakit yang didierita itu bisa disembuhkan. 

Setelah melakukan pencarian, ia mendapat informasi ada dokter yang biasa menangani operasi di bagain kepala.

Dia adalah dr. Agus C Anab, SpBS, satu tim dengan dr. M. Sofyanto, SpBS yang tergabung di Comprehensive Brain and Spine Centre (CBSC) Surabaya yang berpraktik di Rumah Sakit National Hospital Surabaya.  

Tanpa buang waktu dia menemui dr.  Aca, panggilan dr. Agus C Anab.

Dari pertemuan tersebut ia mendapat penjelasan bahwa ia masih beruntung segera datang  berkonsultasi, karena kalau terlambat sedikit maka tidak hanya sebelah kiri mata sebelah kanan juga akan menjadi korban. 

Karena berdasarkan hasil MRI itu, sel tumor sudah mulai menjalar ke pangkal saraf mata sebelah kanan. 

“Kendati demikian setelah bertemu dengan dr. Aca, saya jadi tenang karena  gumpalan tumor tersebut akan bisa diangkat dengan baik,” jelas Amelia.

Yang membuat dirinya semakin tenang  adalah teknik operasi pengangkatan tersebut tidak konvensional dengan membuka batok kepala, tetapi menggunakan teknik keyhole surgery melalui ayebrow atau alis mata. 

Operasi tersebut hanya melalui sayatan kecil yang tepat berada di alis mata.  Sehingga ketika usai operasi alis mata ditutup lagi, nyaris utuh tanpa meninggalkan bekas operasi. 

“Dengan penjelasan yang rinci tersebut saya makin sreg dan sepakat untuk segera dilakukan operasi,” papar Amelia.

Sebelum operasi, memang ada beberapa kawannya menyarankan sebaiknya operasi dilakukan di luar negeri.

Sebab mereka tak yakin tenaga dokter di Indonesia bisa melakukan operasi dengan sempurna mengingat operasi itu berada di daerah rawan.

“Tetapi penjelasan dr. Aca yang panjang lebar memberi keyakinan kepada saya bahwa dr. Aca akan bisa menangani penyakit saya secara baik,” imbuh Amelia.

Dan lagi-lagi ia bersyukur operasi yang berjalan selama enam jam, terlaksana dengan baik dengan hasil maksimal. 

Teman-temannya juga heran selain kondisinya membaik secara kosmetik nyaris sempurna sebab tidak terlihat bekas sayatan seperti orang habis operasi pada umumnya. 

“Semua pada heran karena alis mata saya kembali sempurna nyaris seperti tidak ada sayatan,” katanya sambil tersenyum bahagia.

Dokter Agus C. Anab, SpBS, dari Comprehensive Brain and Spine Center National Hospital Surabaya adalah dokter yang menangani pasien bernama Amelia Genial, 50,  mengaku cukup puas dengan hasil operasi yang dilakukan pada September 2016 lalu.  

.

Dia berkisah untuk pengangkatan tumor di dasar tengkorak pasien Amelia, dia menggunakan teknik Minimally Invasive Key Hole Surgery: Supra Orbital Approach Eyebrow Incision atau operasi dari lubang atau sayatan kecil pada alis mata.

Ia menggunakan teknik tersebut, karena letak tumor Amelia ini bukan di dinding tengkorak tetapi justru berada di skull base atau dasar tengkorak yang paling dalam.  Teknik ini cukup dengan membuat lubang  1-2 cm tepat di alis mata.

Untuk mencapai tumor yang ada di balik otak, maka otak terlebih dahulu harus dikempiskan dengan cara mengeluarkan cairannya. Baru kemudian otak disibak dengan gerakan sangat halus, dengan cara ini tumor akan tampak. 

Untuk semacam operasi ini, tidak bisa dilakukan dengan mata telanjang tetapi menggunakan mikroskop khusus, sehingga bisa melihat secara jelas sampai titik objek terdalam.

“Begitu disibakkan. Nah baru terlihat tumornya ternyata cukup besar menempel di pangkal saraf mata.  Saat itu terlihat kecenderungannya menempel di  mata sebelah kiri meski sudah ada tanda-tanda menjalar ke mata kanan,” papar Agus C. Anab yang biasa dipanggil dr.  Aca tersebut.

Untuk mengambil gumpalan tumor itu, tidak bisa diangkat secara langsung tetapi harus diambil sedikit demi sedikit.

“Harus telaten dan penuh kehatian-hatian. Tidak boleh menyentuh yang lain-lain, oleh karena itu proses operasinya  memakan waktu enam jam,” jelas Aca.

Menurut dokter alumnus Unversitas Airlangga Surabaya tersebut, menggunakan teknik ini  memiliki banyak kelebihan dibanding cara-cara konvensional.

Pasien mendapat banyak keuntunga, yaitu luka sayatan kecil sehingga proses penyembuhannya sangat cepat, risiko infeksi kecil, pendarahan minimal,  secara kosmetik lebih bagus karena bekas sayatan tersamar dengan alis mata. 

“Tentu yang paling utama ketika melakukan operasi tidak menyentuh atau merusak bagian otak yang lain, Setelah memasuki hari ketiga, Amelia sudah bisa beraktivitas seperti biasa, kata dr. Aca.

Menurutnya jika menggunakan teknik konvensional, operasi untuk mencapai skull base maka tengkorak bagian atas sampai ke depan harus dibuka lebar.

Setelah terbuka dokter akan menyibak otak sampai ke titik sasaran menuju lokasi tumor.

“Karena  dibuka lebar, maka dampaknya pasti lebih besar. Sebab otak yang sehat akan ikut tersentuh, bahkan bisa jadi mengalami kerusakan,” imbuhnya dr. Aca yang pernah mempresentasikan teknik ini di acara Asia Oceania Skull Base Surgery Meeting di Mumbai, India tahun 2015.

Dia menjelaskan bahwa otak berbeda dengan organ tubuh yang lain. Otak merupakan pusat kehidupan. 

Dalam sebuah tindakan operasi otak, harus dijaga jangan sampai terjadi kerusakan. 

Salah satu contoh, ketika dokter mengangkat payudara pasien yang terkena tumor, maka kondisi pasien pasca operasi akan bisa kembali sehat.

Tetapi tidak demikian dengan otak. Jika salah satu bagian tersenggol --apalagi sampai rusak-- maka akan berdampak besar pada bagian tubuh yang lain.

Nah, untuk melakukan operasi menggunakan Minimally Invasive Key Hole Surgery: Supra Orbital Approach Eyebrow Incision, selain ditunjang peralatan berteknologi tinggi.

Salah satunya mikroskop khusus, dokter yang menjadi operator harus memiliki keterampilan yang mumpuni pula.   Menurut ACA, teknik keyhole surgery supra orbital approach atau operasi dengan lubang kecil pada alis mata ini ditemukan oleh seorang profesor bedah saraf dari Jerman bernama Axel Perneczky pada tahun 1999.

Teknologi ini terus berkembang, khusunya di Eropa, hingga saat ini.

Ia merasa beruntung pada tahun 2008 pernah secara langsung  belajar kepada Axel Perneczky,  ketika mengadakan workshop di Singapura. 

“Alhamdulillah saya pernah menimba ilmu pada sang penemu metode ini secara langsung, sehingga sekarang bisa melakukan operasi sesuai dengan metode dari penemunya,” imbuh Aca.

Dia mengaku untuk menguasai teknik ini dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran ekstra.

Usai mengikuti workshop, dia memperdalam lagi dengan magang pada Profesor Nicolay Hofp, seorang ahli bedah saraf anak didik Axel di Stutgart Jerman tahun  2012, selama tiga bulan lamanya. 

“Memang teknik ini lebih banyak dikembangkan di Eropa ketimbang Asia,” imbuhnya.

Dalam berbagai kesempatan dirinya sekarang berusaha menularkan kemampuannya tersebut kepada yunior-yuniornya sesama bedah saraf, baik secara langsung maupun di berbagai seminar dalam dan luar negeri.  

Gandhi Wasono