"Suka sekali, sayang. Pakailah. Biar abang seorang saja yang melihat kamu. Tak bisa orang lain melihat!", jawabnya.
Demi Allah saya sangat happy dengar jawapan itu.
Jawaban dari suami sendiri.
Sebab saya sedar, banyak kawan-kawan saya yang dahulunya berniqab, namun selepas bergelar isteri, niqab tiada lagi menutupi wajah mereka.
Tak apalah. Tak kisah masalah itu.
Wajah bukan hanya aurat bagi saya.
Bila dianugerahi Allah SWT seorang suami yang masyarakat pandang jahat dengan tato yang penuh di tangan, dada, jari, belakang dan kaki, tak akan ada yang menyangka, walaupun lelaki ini tidak pandai tentang seluk beluk agama, namun dia seorang yang sangat tegas menjaga salat dan aurat isterinya.
Ya Allah, belum lagi masuk kisah salat, bagaimana suami yang bertato ini kalau sudah masuk waktu salat. Jika dilihatnya isterinya masih sibuk dengan smartphone ditangan, cukup suami saya berdehem, lalu cepat-cepat saya berlari mengambil wudhu.
Begitu juga di kala orang lain memilih pakaian untuk Hari Raya, suami pula lebih gemar saya memakai jilbab dan berniqab. "Baju kurung pun tak boleh? Tutup aurat juga," tanya saya.
Lama suami terdiam. Mungkin tertegun dengan pertanyaan isteri.
Lantas dia memeluk bahu isterinya ini sambil berkata, "Abang suka kamu pakai jilbab," Saya pun ketawa. Hahaha!