*" 4 Hal Tentang Hipoksia yang Menyebabkan Choirul Huda Meninggal Dunia
“Bila seseorang setelah kecelakaan mengalami ciri-ciri demikian hampir bisa dipatikan benturan kepala yang dialami tersebut adalah dampak dari kecelakaan yang baru saja dialami,” kata Gigih yang juga seorang dokter ah;i di bidang penaganan stroke tersebut.
Gigih yang pernah memperdalam bedah saraf di Yokaichi, Jepang tersebut menjelaskan bahwa seseorang pemain sepak bola beresiko untuk terjadi trauma otak selama aktifitasnya.
Karena itu, screening otak atau pemeriksaan khusus saraf tetap dilakukan.
Pemeriksaan itu meliputi pertanyaan-pertanyaan apakah sering pusing, telinga berdenging, pandangan kabur atau dobel, gangguan memori.
“Baru jika ditemukan keluhan yang mencurigakan maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih detil dengan menggunakan CT scan atau bisa juga dengan magnetic resonance imaging (MRI)."
"Dengan pemeriksaan MRI maka akan terlihat dengan jelas sejauh mana tingkat kerusakan pada otak,” imbuh dokter yang hobi berat dengan olahraga lari tersebut. Pemeriksaan seperti tersebut diatas lanjut Gigih perlu dilakukan sebab benturan di bagian kepala yang sering dialami oleh atlit sepak bola seringkali tidak dirasakan atau hanya sedikit menimbulkan keluhan.
Tetapi kejadian ini tidak boleh diremehkan,
“The Second-Impact Syndrome” adalah gejala yang terjadi pada atlet yang sering mengalami benturan di kepala."
"Pada cedera yang pertama kali, maka otak akan mengalami beberapa gangguan diantaranya adalah gangguan pengaturan aliran darah otah, bengkak otak yang pada akhirnya akan mempengaruhi ketahanan otak."
"Maka bila terjadi cedera kepala berikutnya (second impact) otak lebih rentan untuk terjadi kerusakan, berupa perdarahan otak, luka jaringan otak dan sebagianya," tuturnya.
Evaluasi terhadap cedera kepala yang berkaitan dengan olahraga membuat para ahli kesehatan menyusun guidelines untuk meminimalkan kejadian cedera kepala yang bisa berakibat fatal. Klasifikasi pertama dibuat untuk menilai kondisi cedera otak ringan/ concussion yang dialami atlet. Gandhi Wasono M.