Grid.ID - Jatuh cinta memang sering membuat kita lupa diri.
Terlalu melambung dengan kata-kata sang pria membuat wanita kerap lupa hal-hal penting yang harus dia lakukan.
Seperti menganalisis karakter pria tersebut.
Jatuh cinta memang mujarab dalam melambungkan harapan dan perasaan, tetapi jangan sampai dibutakan oleh cinta, begitulah pesan psikolog sekaligus pendiri yayasan Pulih, yayasan yang aktif membantu korban kekerasan, Livia Iskandar, di acara peluncuran kampanye #mulai bicara dan #talkaboutit yang dilaksanakan oleh Magdalene, Lentera Sintas Indonesia, dan Binus University, beberapa waktu lalu.
Livia mengatakan, sebenarnya pelaku korban kekerasan terhadap wanita sebenarnya sudah dapat dilihat sedari masa pacaran.
"Pelaku korban kekerasan umumnya adalah pria yang punya sense of entitlement, merasa punya hak istimewa sebagai pria," ujar Livia.
Menurut Livia, didikan dari orangtua dan lingkungan keluarga yang biasanya membentuk pola pikir atas hak istimewa mengutamakan pria dan mengsubordinatkan wanita.
"Mereka dibesarkan di keluarga yang memperbolehkan jika seseorang dalam posisi superior tersebut (menjadi seorang pria) bisa melakukan apapun atau semena-mena pada yang inferior," imbuhnya.
Nah, untuk mengetahui pria yang berpotensi melakukan kekerasan sebenarnya cukup mudah.
Selain mengamati relasi pria tersebut dengan keluarga, amati juga pola perilaku pria tersebut terhadap orang lain.