Laporan wartawan Grid.ID, Aditya Prasanda
Grid.ID - Kasus pembunuhan ketua DPRD Kolaka Utara, Musakkir Sarira terus bergulir.
Andi Erni Astuti (37 tahun) istri sah korban sekaligus tersangka pembunuhan, membantah sengaja menikam sang suami karena cemburu.
Ia menyebut tindakan penikaman itu merupakan tindakan refleks karena rasa takut.
Melalui pendampingnya dari Aliansi Perempuan (Alpen) Sultra, Andi Erni Astuti, pegawai negeri sipil (PNS) yang menjabat kepala bagian di Dinas Kesehatan Kolaka, menuturkan pada malam kejadian tersebut, pintu kamarnya beberapa kali bergerak seperti ada orang.
Namun saat dilihat tidak ada siapa-siapa.
"Pas ketiga kalinya grendel pintu bergoyang, Andi Erni Astuti kemudian mengambil pisau buah yang ada dalam kamarnya. Sambil memegang pisau AE kaget ketika tiba-tiba ada nampak sosok tubuh mengenakan baju putih maju dan mendekat ke arah pintu. Karena kaget Andi Erni Astuti refleks melepas pisau dan tepat mengenai perut korban," ungkap Direktur Alpen Hasmida Karim seperti dikutip Grid.ID dari Kompas.com, Senin (23/10/2017).
Begitu menyadari yang ditusuk tersebut suaminya, sebut Hasmida, Andi Erni Astuti membantu Musakkir berdiri dan mengantarkannya ke ruang makan.
Setelah itu, Andi Erni Astuti langsung menelepon dokter di Rumah Sakit Djafar Harun Kolaka Utara.
Sebelumnya sempat beredar kabar penyebab AE tega menikam suaminya dengan pisau karena dipicu rasa cemburu.
Sebelum kejadian naas itu, pasangan suami istri yang belum lama tiba dari ibadah haji sempat cekcok.
Sekretaris DPD I PDI-P Sultra, Litanto mengaku mendapat keterangan dari keluarga jika korban dan istrinya sering cekcok.
"Memang suka cemburu buta istrinya. Almarhum terima telpon selalu dicurigai dengan perempuan lain. Peristiwa ini sangat saya sesalkan," tuturnya dihubungi via telpon, seperti dikutip Grid.ID dari Kompas.com, Kamis (19/10/2017).
Bahkan sebelum berangkat haji, lanjut Litanto, istrinya sempat meminta cerai. Namun almarhum tidak mau karena memikirkan anaknya. Ia menyesalkan kenapa istri korban harus melakukan penganiayaan hingga mengakibatkan Ketua DPD II PDI-P meregang nyawa.
"Yang jelas, kami PDI-P Sultra sangat kehilangan kader terbaik. Saya sama-sama almarhum sudah 30 tahun berkarir di PDI-P dari bawah, jadi jelas saya sangat kehilangan sahabat yang penuh dedikasi," ungkapnya.
Ia mengaku, terakhir berkomunikasi dengan korban tiga hari lalu. Dalam obrolan itu, rencananya Rabu depan mereka akan menemui Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo di Jakarta.
"Sudah saya hubungi terkait kabar duka ke Pak Mendagri dan beliau sangat kaget. Padahal kami sudah janjian mau bertemu Pak Menteri. Tapi Tuhan lebih dulu memanggil beliau," ungkapnya saat menghadiri pemakaman Ketua DPRD Kolaka Utara.
Sementara itu, salah seorang kerabat almarhum yang meminta namanya dirahasiakan menuturkan, sebelum penikaman, pasangan suami istri itu sempat cekcok.
"Pas Pak Ketua mau keluar dari kamar mandi, tiba-tiba istrinya datang menusukkan pisau di perutnya Pak Ketua. Almarhum masih sadar dan istrinya bawa masuk dalam kamar dibaringkan di ranjangnya, dokter dari RSUD Jafar Harun dikontak untuk memeriksa dan disuruh bawa ke rumah sakit untuk ditangani medis," tuturnya.
Pertengkaran keduanya sering terjadi. Bahkan, sang istri sering melakukan kekerasan terhadap suaminya. Namun almarhum tetap mempertahankan rumah tangganya karena memikirkan tiga anaknya yang masih kecil.
Insiden penikaman itu sendiri terjadi pada Selasa (17/10/2017) sekitar pukul 23.00 Wita. Korban kemudian dilarikan ke RSUD Jafar Harun, Kolaka Utara. Karena tidak ada dokter bedah, keesokan harinya sekitar pukul 08.00 Wita, almarhum dirujuk ke RSUD Kolaka untuk dioperasi.
Namun sebelum dilakukan operasi, korban menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 16.30 Wita.
Jenazah ketua DPRD Kolaka Utara Musakkir Sarira disemayamkan di rumah orangtuanya di Desa Moroko, Kecamatan Rante Angin, Kolaka Utara dan dikuburkan di belakang rumah sekitar pukul 16.00 Wita sore ini.
Fakta-fakta kematian korban:
1. Ditemukan bersimbah darah di kamar mandi
Korban ditemukan oleh penjaga rumah dalam keadaan bersimbah darah di dalam kamar mandi rumah jabatan Ketua DPRD Kolaka Utara.
Pihak keluarga bersama Satpol PP kemudian melarikan korban ke RSUD Kolaka Utara saat itu juga.
2. Sempat berpindah rumah sakit sebelum ajal menjemput
Sebelumnya diberitakan, Ketua DPRD Kolaka Utara yang juga setempat meninggal di RS Benyamin Guluh Kolaka, Rabu (18/10/2017) sekitar pukul 16.30 Wita.
Ternyata, sebelum dirujuk ke RS Benyamin Guluh Kolaka, korban sempat dirawat di RSUD Jafar Harun Kolaka Utara.
Namun keterbatasan alat medis dan ketiadaan dokter bedah menyebabkan korban harus berpindah rumah sakit.
3. Ditemukan pisau, gunting dan baju berlumuran darah
Dikutip Grid.ID dari Kompas.com, di TKP polisi setempat berhasil mengantungi barang bukti berupa pisau, gunting dan baju yang berlumuran darah.
"Barang bukti yang berhasil kita sita itu benda yang digunakan berupa pisau, baju yang berlumuran darah, dan gunting yang ada darah di TKP," Terang Kapolres Kolaka Utara AKBP Bambang Satriawan.
4. Meninggal akibat kehabisan darah
Sementara otopsi korban telah dilakukan tim dokter Rumah Sakit Bhayangkara Kendari.
Ditemukan luka tusukan selebar 1,9 cm dengan kedalaman lebih dari 4 cm di antara perut dan dada korban.
Korban ditusuk dengan menggunakan pisau dapur yang mengenai hati korban.
"Otopsi sudah dilakukan mulai pukul 03.30 dan selesai pukul 06.00 Wita, hasilnya bahwa matinya korban karena disebabkan tusukan benda tajam yang menyebabkan luka di atas perut atas dan mengenai hati korban," terangnya.
Luka menganga ini menyebabkan korban tewas akibat kehabisan darah saat tiba di RS Benyamin Guluh Kolaka.
5. Sebelum lakukan pembunuhan, istri sempat unggah foto ini ke media sosial
Berdasarkan penelusuran Grid.ID, pelaku yang tak lain adalah istri korban, sempat mengunggah beberapa foto beberapa hari sebelum tragedi berdarah ini terjadi.
Kedua foto ini diunggah pada tanggal 17 oktober 2017.
Masing-masing foto ini memperlihatkan keduanya saat tengah menghadiri sebuah acara kenegaraan dan ketika berada di tanah suci.
Sementara penyelidikan kasus ini terus berlanjut, penyidik Polres Kolaka Utara telah memeriksa 5 orang saksi di antaranya, tersangka, anggota Sat Pol PP, sopir korban, dan dokter RSUD Jafar Harun Kolaka Utara yang menangani korban. (*)