Pencegahan sejak dini patut dilakukan karena secara psikologis anak-anak belum mampu membedakan mana hal-hal yang baik dan mana hal-hal yang buruk dari tayangan televisi. Anak-anak batita dan prasekolah seringkali berimajinasi sehingga mudah terpicu rasa takut, hindari menonton tayangan yang dianggap menyeramkan supaya mereka tidak mengalami mimpi buruk.
Ingat bahwa anak-anak mudah meniru apa yang mereka dengar dan lihat, sehingga orangtua perlu melakukan penyaringan.
Bahkan pada film kartun sekalipun dengan mempertimbangkan apakah bahasa yang digunakan pantas didengar anak, cara bicaranya cukup sopan atau justru kasar, adegannya berbahaya atau tidak.
Orangtua tidak perlu melarang anak menonton televisi, namun aturan tetap dibutuhkan.
(Baca : Awas! Inilah Kesalahan Saat Membuat Alis Mata, Nomor 2 Pasti Sering Kamu Lakukan )
Batasi menyaksikan televisi di hari-hari anak bersekolah, selain menyita waktu juga dapat membuat anak kurang fokus terhadap tugas atau pekerjaan rumah.
Monitor tontonan anak untuk memastikan sesuai dengan nilai-nilai keluarga serta beri penjelasan saat anak tidak paham.
Anak-anak praremaja tetap membutuhkan pengawasan terutama ketika menyaksikan tayangan televisi di malam hari, meskipun sudah mulai bisa diminta untuk menyeleksi tontonannya.
Perhatikan materi iklan dan film di televisi yang kadang mengumbar kekerasan, seks, bahasa maupun perilaku kasar dan konsumtif. Peran orangtua dalam memilih tayangan yang berkualitas sangat signifikan.
Sebagai orangtua yang baik, tentunya Anda tidak menginginkan anak menonton tayangan televisi yang tidak sesuai dengan umur ataupun berdampak negatif pada anak Anda bukan?
Mendampingi saat anak menonton tayangan televisi merupakan cara manjur untuk mengetahui tayangan apa yang disukai anak, sekaligus bisa menjadi ajang untuk makin mendekatkan hubungan antara orangtua dengan anak.