Find Us On Social Media :

Mengaku Sebagai Kanjeng Sultan, Pria Pemilik Padepokan di Kebumen Tega Cabuli Gadis di Bawah Umur

By None, Selasa, 8 Januari 2019 | 08:33 WIB

Mengaku Sebagai Kanjeng Sultan, Pria Pemilik Padepokan di Kebumen Cabuli Gadis di Bawah Umur

Grid.ID - Pria berinisial HSN menjadi tersangka kasus persetubuhan anak di bawah umur.

Pria tersebut adalah warga Desa Tepakyang, Adimulyo Kebumen.

Oleh warga pria tersebut dikenal sebagai Kyai Syawal atau Kanjeng Sultan.

Baca Juga : Viral! Pasangan Pengantin di Kebumen Menikah dengan Mahar Sandal Jepit, Ternyata Punya Makna yang Mendalam

Kini kasusnya ditangani langsung oleh Unit Pelayanan Perempuan dan Anak atau Unit PPA Sat Reskrim Polres Kebumen.

Syawal yang merupakan warga Desa Tepakyang Kecamatan Adimulyo Kabupaten Kebumen itu diduga menyetubuhi seorang gadis di bawah umur, Bunga (17), bukan nama sebenarnya, warga Kecamatan Klirong yang masih duduk di bangku kelas 2 SMA.

Nama Kyai Syawal rupanya tak begitu asing bagi sebagian masyarakat Kebumen.

Baca Juga : Seorang Petani di Kebumen Menyesal Bunuh Istri yang Kerap Menuntut Biaya ke Salon dan Barang-barang Mewah

Ia memiliki padepokan atau pondok yang dihuni sejumlah santri.

Dua tahunan lalu, Agustus 2016, namanya dikaitkan dengan kasus kematian seorang santrinya, Abdul Ghofur (34) warga RT 2 RW 1 Desa Logandu Kecamatan Karanggayam.

Kematian Abdul Ghofur dianggap tak wajar.

Baca Juga : Sakit Hati Diminta Hidup Mewah dan Gaul, Seorang Buruh Tani Asal Kebumen Habisi Nyawa Istrinya dengan Pisau Sabit

Ia diduga meninggal setelah menjalani laku tapa 40 hari 40 malam demi menggapai ilmu ma’rifat.

Alih-alih memperoleh ilmu yang diinginkan, Abdul Ghofur lebih dulu meregang nyawa, Desember 2015.

Ajaran itu tak lain merupakan petunjuk dari gurunya, Kyai Abah Hasanudin atau Kyai Syawal.

Baca Juga : Pria Asal Kebumen Pelihara 10 Ular Piton Hingga Habiskan Rp 3 Juta Per Bulan

Bukannya dibawa ke rumah duka, jenazah Abdul Ghofur dimakamkan di komplek padepokan di RT 2 RW 2 Desa Tepakyang Kecamatan Adimulyo.

Hingga tujuh bulan kemudian, Agustus 2016, Polres membongkar makam itu untuk dipindah ke kampung halaman atas permintaan keluarga.

Sekretaris Desa Tepakyang Salukman membenarkan Syawal adalah warganya.

Baca Juga : Berawal dari Facebook, Siswi SMK Dicabuli Berkali-kali Setelah Diiming-imingi Video Dewasa

Menanggapi penangkapan Syawal oleh polisi karena kasus dugaan persetubuhan anak bawah umur, pemerintah menyerahkan urusan itu ke pihak berwajib.

"Kita serahkan semua ke pihak berwajib," katanya, Senin (7/1)

Tak banyak kesan yang ditangkap warga dari sosok Syawal.

Baca Juga : Guru Ngaji di Probolinggo Cabuli Keponakannya yang Masih SMP Hingga Hamil 4 Bulan, Begini Kronologinya

Pasalnya, pria paruh baya itu dikenal tertutup atau jarang berinteraksi dengan warga sekitar.

Padepokan milik Syawal pun dikatakannya dipagar tinggi sehingga warga tak mengetahui aktivitas mereka di dalam.

Hanya yang dia ketahui, sehabis Maghrib, kerap terdengar alunan seperti salawat yang dilantunkan bersama-sama.

Baca Juga : Guru Ngaji di Probolinggo Cabuli Keponakannya yang Masih SMP Hingga Hamil 4 Bulan, Begini Kronologinya

"Tertutup, gak tahu aktivitas di dalam,"katanya

Di dalam padepokan itu, terdapat 15-an santri binaan Kyai Syawal. Salukman menyebut, santri-santri yang kebanyakan perempuan muda itu bukanlah warga setempat, melainkan dari luar desa.

Syawal pun dikenal sebagai keluarga kaya di desa. Istrinya lebih dari satu.

Baca Juga : Dicabuli Selama 8 Tahun Lamanya, Aksi Kejam Ayah Tiri Akhirnya Terungkap

Salukman mengakui kedalaman ilmu agama yang dimiliki Syawal.

Meski masyarakat setempat tak menyebutnya sebagai kyai.

Menurut dia, Syawal lama menimba ilmu agama di pesantren, baik di Jawa Tengah, Jawa Barat hingga Jawa Timur secara berpindah-pindah.

Baca Juga : Seorang Ayah Tega Mencabuli Anak Tirinya, Korban Menderita Sejak Duduk di Bangku SMP

"Dia pintar, mondoknya lama banget di pesantren, pindah-pindah,"katanya

Pulang dari pesantren, sekitar tahun 2000, Syawal mendirikan pondok atau padepokan di rumahnya.

Ia pun memiliki sejumlah santri yang menetap di pondok.

Baca Juga : Seorang Siswi SMP di Sidoarjo Dicabuli Sopir Angkot Setelah Sebelumnya Dicekoki Pil Koplo

Meski diakui jebolan pesantren, Syawal rupanya tak menjadi rujukan bagi masyarakat setempat sebagai tokoh agama.

Nyatanya, santri yang bermukim di padepokannya bukan berasal dari desa setempat.

Salukman pun membenarkan, dua tahun lalu, warga pernah dikejutkan dengan meninggalnya seorang santri di padepokan itu usai menjalani laku tapa 40 hari.

Baca Juga : Seorang Pria di Polewali Mandar Cabuli Calon Menantunya Dengan Alasan untuk Mengetes Keperawanan

Kendati sempat menuai kontroversi, Salukman menilai kegiatan maupun ajaran Syawal di padepokan belum sampai menimbulkan keresahan warga.

"Dia gak pernah ngajak-ngajak warga," katanya. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribun Jateng dengan judul, "Inilah Sosok Kanjeng Sultan yang Cabuli Siswi SMA di Mata Warga, Ternyata Pemilik Padepokan"