Mereka memakai identitas seseorang sebagai dalih meminta foto bugil untuk peperluan penelitian atau riset. Namun baru satu bulan ini namanya yang dipakai oleh pelaku.
Baca Juga : Mewahnya Rumah Momo Geisha di Malang, 5 Lantai Dengan Kolam Renang Luas
“Setahu saya modus semacan ini sudah lama, sejak tiga tahun lalu sudah ada. Dulu kakak angkatan saya juga ada yag namanya dipakai pelaku untuk meminta foto kayak gitu. Bilangnya untuk penelitian, kalau saya sendiri sejak sebulan ini,” katanya.
Levina tidak mengetahui bagaimana caranya pelaku menduplikat identitas media sosial miliknya. Termasuk cara pelaku menjaring korban-korban yang kebanyakan teman di akun instagramnya.
Namun menurutnya pelaku merupakan orang yang paham seluk beluk dunia kedokteran. Sebab dilihat dari cara penyampainnya terlihat sekali pelaku mengerti istilah-istilah kedokteran yang tidak lazim diketahui masyarakat umum.
Sejauh ini Levina belum ada niatan melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian. Sebab ada beberapa laporan yang telah disampaikan korban yang tidak ada tindak lanjut dari kepolisan karena barang bukti yang kurang kuat hanya bermodalkan obrolan di media sosial.
“Akibat kejadian ini tidak sampai merusak hubunganku sama teman-teman yang telah jadi korban. Karena mereka mungkin juga paham, hal ini bukan keinginanku. Aku pribadi merasa nggak enak sama teman-teman yang jadi korban karena pelaku memakai identitasku,” pungkasnya.
Baca Juga : Kebobolan! Eks Mucikari Robby Abbas Sebut Satu Anak Buahnya Hamil karena Prostitusi Online
Telaah Dulu Kasusnya
Ditreskrimsus Polda Jateng membuka pintu selebar-lebarnya untuk masyarakat yang merasa dirugikan dengan tindak pidana informasi transaksi elektronik (ITE) terutama yang dijebak untuk mengirimkan foto bugil.
Korban mengirimkan foto bugil sesuai permintaan pelaku karena berbagai modus, semisal untuk alasan riset kesehatan dan kecantikan serta keperluan lamaran pekerjaan.
Seperti diketahui, pelaku yang mengaku teman dekat korban meminta foto vulgar korban untuk riset kecantikan dan penelitian kesehatan. Kasus lain, korban meretas akun Facebook dengan membagikan pengumuman lowongan pekerjaan.