Find Us On Social Media :

Jika Anak Terus-terusan Batuk dan Pilek, Para Orangtua Harus Lakukan Hal Ini

By Arif B Setyanto, Jumat, 3 November 2017 | 20:40 WIB

Biasanya, bayi menangis karena lapar sehingga saat disusui seharusnya dia sudah tenang

Grid.ID - Kesehatan memang sanga penting harganya.

Maka dari itu lebih baik menjaga daripada mengobati.

Namun, nyatanya memang sulit menjaga kondisi anak atau bayi mu untuk tetap sehat.

Anak dan bayi menjadi pelanggan dokter setiap 2 - 3 minggu karena penyakit yang sama, bolak-balik demam, batuk, dan pilek.

(BACA : Ha Ha, Engku Emran Ternyata Takut Sama Laudya Cynthia Bella Karena Hal Ini... Warganet Pun Komentar )

Pencetus penyakit pada anak memang sulit ditentukan karena dapat bermacam-macam, misalnya lingkungan kurang sehat, polusi tinggi, dan ada perokok di rumah.

Penggunaan penyejuk udara (AC) di malam hari bisa menimbulkan alergi suhu dingin, membuat hidung anak mampet sehingga ia harus bernapas lewat mulut.

Kipas angin dipasang di kamar tidur yang lalu meniup debu ke segala penjuru kamar.

Belum lagi penularan virus di sekolah dan tempat-tempat ramai seperti mal. Juga perawat yang sedang batuk dan pilek.

Tak langka pula kejadian sakit gara-gara mengonsumsi makanan ringan tidak sehat yang membuat tenggorokan tergelitik.

(BACA : Kisah Wisma Megah Erni Lawang yang Berubah Menjadi Tempat Angker dan Hantu Erni yang Duduk di Balkon Lantai 2 )

Batuk dan pilek beserta demam yang terjadi sekali-kali dalam 6 - 12 bulan sebenarnya masih dinilai wajar.

Tetapi, observasi menunjukkan bahwa kunjungan ke dokter bisa terjadi setiap 2 - 3 minggu selama bertahun-tahun.

Bila ini yang terjadi, maka ada dua kemungkinan kesalahkaprahan dalam penanganannya.

Pertama, pengobatan yang diberikan selalu mengandung antibiotik. Padahal 95% serangan batuk dan pilek dengan atau tanpa demam disebabkan oleh virus, dan antibiotik tidak dapat membunuh virus.

Selain mubazir, pemberian antibiotik kadang-kadang justru menimbulkan efek sampingan berbahaya.

(BACA : Sempat Heboh Diberitakan Follow dan Komentari Postingan Natasha Wilona, Akhirnya Barbie Hsu Klarifikasi Hal Mengejutkan Ini di Akun Weibonya! Wah..Nggak Jadi Seneng deh.. )

Kalau dikatakan akan mempercepat penyembuhan pun tidak, karena penyakit virus memang bakal sembuh dalam beberapa hari, dengan atau tanpa antibiotik.

Hal ini telah dibuktikan dengan studi terkontrol berulang kali sejak ditemukannya antibiotik di tahun 1950 - 1960-an. Hasilnya selalu sama sehingga tidak perlu diragukan lagi kebenarannya.

Di lain pihak, antibiotik malah membunuh kuman baik dalam tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan dan menghindarkan kuman jahat menyerang tubuh.

Ia juga mengurangi imunitas si anak sehingga daya tahannya menurun. Akibatnya, anak jatuh sakit setiap 2 - 3 minggu dan perlu berobat lagi.

Orang tuanya lalu langsung membeli antibiotik di apotek atau pasar hanya karena setiap kali ke dokter mereka diberi obat tersebut.

(BACA : Olla Ramlan Melahirkan Hari ini, Beginilah Suasana Menegangkan di Ruang Persalinan )

Lingkaran setan ini: sakit - antibiotik - imunitas menurun - sakit lagi, akan membuat si anak diganggu panas, batuk, dan pilek sepanjang tahun, selama bertahun-tahun. Komplikasi juga sering akan terjadi yang akhirnya membawa anak itu ke kamar perawatan di rumah sakit.

Pengalaman menunjukkan, bila antibiotik dicoret dari resep (sementara obat batuk dan pilek yang adekuat diberikan), setelah 1 - 3 bulan, si anak tidak akan gampang terserang penyakit flu lagi.

Pertumbuhan badannya pun menjadi lebih baik.

Salah kaprah kedua ialah gejala batuk dan pilek yang tidak diobati secara benar, artinya siasat pengobatan perlu diubah.

Ini lantaran obat jadi yang dijual di apotek tidak selalu dapat mengatasi masalah setiap penderita. Bahkan, sering terjadi batuk dan pilek malah menjadi lebih parah dan berkepanjangan.

Suatu perubahan yang mendasar dan individual dalam resep, perlu dilakukan untuk memutus lingkaran setan panas, batuk, dan pilek ini.

Yang utama ialah menghentikan antibiotik, tidak memberikan kortikosteroid secara terus-menerus, menghentikan pemberian obat penekan batuk dan menggantinya dengan bronkodilator, serta memberikan campuran obat pilek yang baru.

Efedrin dosis kecil - dicampur dengan antihistamin yang efektif - merupakan obat pilek terbaik. Sementara, semua obat yang ternyata tidak terbukti efektif perlu dihentikan.

Terakhir, yang tidak kalah penting, carilah faktor pencetus yang dicantumkan di awal tulisan ini. Bila ditemukan, hindarilah.

Semoga anak Anda tidak perlu lagi begitu sering berobat karena flu! Selamat mencoba! (*)

Artiikel Ini Pernah Tayang di Intisari dengan Judul "Sudah Bolak Balik Ke Dokter Tapi Anak Terus Terusan Batuk Dan Pilek, Ini Yang Harus Dilakukan Orangtua"