Find Us On Social Media :

Ajarkan Balita Anda Rasa Kecewa, Begini Cara Mengelolanya

By Way, Senin, 6 November 2017 | 03:00 WIB

ilustrasi anak tantrum

Grid.ID-Mendidik anak adalah pekerjaan yang begitu menantang.

Karakter tiap anak memang berbeda-beda dan perlu strategi khusus mendidiknya.

Saat anak masih kecil, kita sering melihat sanag anak nangis, ngambek atau bahakn menjerit di keramaian.

Yunita Rahma Fauziah di akun twitternya menuturkan hasil sharing mereka tentang cara mendidik anak di Perpustakaan Daerah Jepara bersama Susindra, yang aktif di bloggerjepara.

Langkah awalnya adalah mengenalkan rasa kecewa pada anak mulai 2 tahun. 

(Baca : Saat Merias Pernikahan Gibran Putra Sulung Jokowi, Ibu Conny Mengaku Tidak Dibayar Pun Tidak Apa Apa  )

Anak juga harus dikenalkan cara mengatasinya.

Soalnya, jika anak bisa belajar kecewa, berarti sang anak sudah belajar mengenali dirinya sendiri dan mengenali kebutuhannya.

Menurut Susindra, ada 4 tipe anak, yaitu (1) Anak penuh cinta, (2) Anak persisten, (3) anak sensitif, dan (4) Anak Kritis.

Perlakuan kepada masing-masing anak tersebut berbeda.

(Baca :  Ternyata Begini Penampilan Selena Gomez Saat Mengenakan Busana Asli Buatan Indonesia dengan Sentuhan Budaya Bali, Ayu Banget! )

Bagaimana cara mengenali emosi anak?

Caranya adalah dengan banyak-banyak main, ngobrol dan berproses.

Nah, saat anak mengalami tantrum (menjerit dan berteriak) di tempat umum, maka caranya adalah mengajak anak mengobrol tentang kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi.

Jadi sebelum pergi ke supermarket misalnya, anak sudah diajak bersepakat misalnya akan beli satu mainan saja.

(Baca : Begini Sikap Manis Song Joong Ki Saat Song Hye Kyo Kedinginan, Jangan Baper Ya!  )

Tak ada kata terlambat untuk memulai komunikasi dan menegnalkan kekecewaan pada anak.

Hal itu bisa dimulai dengan berbicara dari hal-hal kecil yang bisa dimengerti anak.

Dalam sebuah keluarga, perlu adanya peraturan dan kesepakatan. 

Sehingga saat ada pelanggaran terhadap kesepakatan tersebut, akan mudah dalam penanganan kekecewaan.

Nah, seringkali pula saat ada tamu di rumah, sang anak akan cari perhatian (caper) dengan bertingkah aneh dan keterlaluan.

(Baca : Wanna One Sibuk Banget, Membernya Curhat Dari Nggak Bisa Main Sampai Mikirin Kerjaan Terus!  )

Ketika anak caper di depan tamu, maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah meminta maaf kepada tamu dan meminta waktu untuk mendisiplinkan anak sebentar.

Jelaskan pada anak bahwa tamu tidak datang setiap hari, lalu alihkan anak dengan mainan atau aktivitas lain.

Mnejelaskan konsep "Nanti" belum tepat untuk balita. 

Maka berikan gambaran yang jelas, contohnya dengan tabel checklist.

Kesepakatan atau peraturan rumah yang ditulis dan ditandatangani anggota keluarga tersebut perlu ditempel agar bisa dilihat semuanya. 

Meskipun anak masih kecil, kesepakatan ini lama-lama akan berlaku.

(Baca :  Tak Hanya Bikin Kinclong Wajah, Ternyata Ini Dia Manfaat Tomat yang Bisa Bikin Penampilan Memukau, Dijamin Doi Semakin Melirik )

Salah satu peserta yang bercerita tentang siswa Anak berkebutuhan khusus (ABK) misalnya autis, Susindra mentarankan untuk tetap menemani siswa tersebut hingga siswa ABK itu merasa memiliki teman.

Kekecewaan anak bisa diatas dengan rasa "cinta". 

Tunjukkan bahwa kita orang tua selalu ada untuk mereka, dan beri respon positif saat anak merasa kecewa.

Saat anak merasa kecewa, jangan langsung menghukum atau menasehatinya. 

Tunggu sampai anak bisa memahami emosinya dan rasa kecewanya.

(Baca :  Meski Sering Tampil, Vidi Aldiano Paling Grogi Kalau Disuruh Nyanyi Lagu Kebangsaan )

Cara lain mengatasi kecewa anak adalah membiasakan anak memahami berbagai macam rasa.

Saat kecewanya terasa banyak, beri cara mengelola emosi. 

Beri tahu strategi untuk mengatasinya seperti apa.

Menurut Susindra, anak merasa kecewa itu tidak apa-apa, salkan kita orang tua mengajarkan cara mengelolanya.

Tak ada salahnya memberi penghargaan kepada anak, saat sang anak berhasil menepati kesepakatan.

Terakhir, Susindra menyarankan untuk banyak memberi tahu dan banyak memberi contoh.

Memberi contoh lewat kebiasaan harian kepada anak itu penting. 

Karena anak akan belajar dari kita orang tua. (*)