Find Us On Social Media :

Kental Dengan Adat Jawa Pernikahan Bobby-Kahiyang, Begini Makna Sakral di Balik Prosesi Siraman

By Afif Khoirul M, Selasa, 7 November 2017 | 22:58 WIB

Prosesi siraman Kahiyang Bobby Nasution

Laporan Reporter Grid.ID, Afif Khoirul Muttaqin

Grid.ID - Presiden Republik Indonesia tengah berbahagia pasalnya putrinya Kahiyang Ayu bakal melangsungkan pernikahannya.

Pernikahannya sendiri akan dilaksanakan di Solo Pada tanggal (8/11/2017).

Namun, sebelum melaksanakan acara pesta pernikahan ada suatu prosesi unik yang biasanya dilakukan oleh orang jawa.

Prosesi Siraman Kahiyang dan Bobby sendiri sudah dilaksananakan hari ini pada (7/11/2017).

Dimana prosesi ini sangat kental dengan nuansa adat jawa dan menyimpan makna tersendiri bagi masyarakat jawa.

( BACA : Kahiyang Ayu Segera Melepas Masa Lajang, Buku Tamu Ini Bisa Menjadi Inspirasi Pernikahanmu )

Prosesi ini biasanya memandikan calon pengantin dilakukan di hari sebelum pernikahannya.

Dilakukan mempelai pria dan wanita dirumah mereka masing-masing atau di tempat yang mereka tentukan.

Namun makna siraman itu sendiri sebenarnya lebih dari itu dimana makna siraman dalam bahasa indonesia adalah "memandikan" yang dipercaya sebagi simbol penyucian diri.

Dengan siraman ini menjadikan simbol seorang pengantin memebersihkan diri agar bersih secara lahir dan batin sebelum mengarungi bahtera rumah tangga.

( BACA : Rugi Rp 900 Juta, Beban Psikis dan Tak Bisa Kuliah, Widuri Agesti Laporkan Kasus Katalog Alexis Ke Polisi )

Dalam prosesinya pertama kali yang dilakukan adalah calon mempelai wanita melakukan sungkeman kepada kedua orang tua.

Dilanjutkan penyiraman ketika peralatan memanglah sudah siap silakukan.

Kemudian yang pertama siraman dilakukan ayahanda lalu dilanjutkan oleh ibunda.

Hingga yang terahir dilakukan oleh perias pengantin.

( BACA : Masuk Rumah Sakit Jelang Pernikahan, Barry Maheswara Hubungi Mytha Dengan Cara Unik ini )

Dalam Filososfinya sebenarnya jumlah orang yang memandikan tidak dibatasi.

Namun menurut kepercayaan semakin banyak semakin bagus asalkan jumlahnya ganjil.

Namun untuk menghindari pengantin kedinginan ditentukan jumlahnya menjadi tujuh orang dalam bahasa jawa yang artinya pitu dan diartikan pitulungan( pertolongan).

Seusai itu, mempelai wanita dibopong oleh ayah menuju kamar pengantin untuk selanjutnya ngerik.

Namun sebelum itu, utusan besan menyerahkan rambut mempelai pria untuk disatukan dengan potongan rambut mempelai wanita.

Gabungan guntingan rambut itu lalu dikubur di halaman samping atau belakang rumah.

Tanam rikmo bertujuan untuk mengubur semua hal buruk supaya kelak mendapat kebaikan dan kebahagian dalam berumah tangga.

Hingga yang terakhir yaitu dulangan pungkasan dimana calon mempelai wanita akan mendapat suapan terakhir dari kedua orang tua.

Dulangan pungkasan tersebut mencerminkan putusnya kewajiban orang tua memberi penghidupan kepada putrinya yang akan hidup mandiri bersama suaminya.

(*)