Laporan Wartawan Grid.ID, Adrie P. Saputra
Grid.ID - Pernikahan Kahiyang dan Bobby Nasution dilakukan pada hari ini, 8 November 2017.
Seperti halnya pernikahan putra Presiden Joko Widodo yang terdahulu, pernikahan putri Presiden ini juga sangat menarik perhatian masyarakat.
Selain keamanan yang ketat di area gedung Graha Saba, persiapan yang dilakukan oleh penata rias putri satu-satunya orang nomor 1 di Indoesia juga tak kalah menyita perhatian.
Segala persiapan dilakukan sematang mungkin.
Berbagai fakta mulai terkuak sedikit demi sedikit, terlebih soal menantu Jokowi, Bobby Nasution.
Dikutip Grid.ID dari Inibiodata, Bobby Nasution lahir di Tapanuli Selatan lahir 5 Juli 1991.
Bobby merupakan pebisnis properti yang fokus merenovasi dan menjual rumah di kawasan Bogor.
Ayah Bobby Nasution bernama (Alm) Erwin Nasution dan ibunya Ade Hanifah Siregar.
Sebelum terjun di dunia bisnis properti di Jabodetabek saja, ternyata Bobby juga sempat menjadi manajer klub sepakbola Medan Jaya yang dimana pada saat itu berlaga di divisi utama liga Indonesia dan sempat disegani di era Galatama.
Selain hobby bahkan menggeluti dunia sepakbola, Bobby ternyata juga hobby bermain game bersama dengan sang calon kakak ipar Gibran Rakabuming Raka serta Kaesang Pangarep.
Dikutip Grid.ID dari Tribunnews.com, Bobby tergabung di sebuah perusahaan properti besar di Indonesia, yakni Takke Group sebagai direktur marketing.
Di Takke Group, dia memegang saham yakni kepemilikan sekitar 10-20 persen.
(BACA: Annisa Pohan Beri Tips Rumah Tangga Harmonis Untuk Kahiyang Ayu dan Bobby Nasution)
Kemang View, Metro Galaxy dan Gardenia Bogor adalah satu hunian yang dibangun Takke Group.
Bobby berkisah, dia mengenal Takke Group dan Lauren melalui ayahnya, Erwin Nasution. Pertemanan sang ayah dan Lauren ini membawa Bobby terjun ke dunia properti.
"Jadi, sebelum bergabung dengan Takke Group, saya sudah lebih dulu berbisnis properti pada 2011. Awalnya renovasi rumah untuk dijual kembali. Lalu bangun satu dua, hingga terlibat dalam proyek Malioboro City di Yogyakarta," papar Bobby.
Setelah dirasa cukup pengalaman, dia kemudian bergabung dengan Takke Group pada November 2016.
Menyadari kelas menengah di Indonesia, khususnya Jadebotabek yang terus berkembang dan memiliki kemampuan finansial untuk membeli hunian, Takke Group akan konsisten membangun properti untuk kelas ini.
Ke depan, setelah menyelesaikan Kemang View, Metro Galaxy dan Gardenia Bogor, Takke Group yang memiliki cadangan lahan 2,5 hektar akan mengembangkan properti serupa dan juga perkantoran.
Siapa Takke Group?
Nama pengembang ini memang belum sementereng raksasa-raksasa properti lainnya macam Ciputra Group, Pakuwon Group, dan Agung Podomoro Group, namun di balik senyapnya aktivitas publikasi mereka, sudah ada beberapa properti yang patut dicatat.
Antara lain, apartemen Kemang View dan Metro Galaxy di Bekasi, serta sejumlah perumahan tapak seperti Cimanggis Permai. Jika dikumulasikan, jumlah properti yang telah mereka bangun sebanyak 8.000 unit.
"Total nilai proyek tersebut kami perkirakan sekitar Rp 2 triliun," cetus Barlim.
Selain Gardenia Apartment yang menelan investasi Rp 600 miliar, Takke Group saat ini masih memasarkan 300 unit sisa apartemen Kemang View, dan 20-an unit Cimanggis Permai.
Pembangunan seluruh proyek ini dilakukan secara paralel dengan percepatan untuk mengejar target serah terima kunci kepada konsumen.
Takke Group, pengembang apartemenGardenia mencetak penjualan 700 unit dari total 1.539 unit, hingga pertengahan September 2017.
Meski kondisi ekonomi masih lesu dan pasar properti belum pulih, penjualan apartemen yang berada di wilayah utara Kota Bogor ini tercatat 10 hingga 15 unit per bulan.
Direktur Takke Group Barlim Wisnu Aji menuturkan, untuk apartemen kelas menengah, kondisi makro tidak terlalu berpengaruh.
"Buktinya kami masih bisa jualan dengan harga yang terus naik dari tahun ke tahun," tutur Barlim menjawab KompasProperti, saat temu media di Marketing Gallery, Bogor, Kamis (28/9/2017).
Sejak dipasarkan pada 2014 lalu, harga apartemen mengalami kenaikan signifikan.
Dari sebelumnya Rp 9 juta per meter persegi, saat ini sudah berada pada level Rp 15 juta per meter persegi untuk tipe terkecil 20 meter persegi.
"Kami targetkan, pertengahan 2018 sekitar Mei atau Juni sudah selesai konstruksinya. Mulai akhir 2018 bisa serah terima secara bertahap," kata Barlim. (*)