Laporan Wartawan Grid.ID, Annisa Suminar
Grid.ID - Bagi kalian pencinta fashion, siapa yang tak kenal dengan Sonny Muchlison.
Sonny merupakan seorang kritikus mode yang sering dimintai pendapat tentang tren saat ini, selain itu Sonny juga menjadi seorang desainer batik dengan dengan label namanya sendiri.
Kiprah Sony di industri fashion Indonesia bukanlah hal yang mudah, tentunya dibutuhkan banyak ketekunan dan juga perjuangan untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
(BACA : Bikin Penasaran, Ternyata Smartphone Vivo Berikutnya Bakal Tetap Canggih dan Lebih Terjangkau )
Namun siapa sangka, sejak kecil cita-cita Sonny bukanlah menjadi seorang desainer, melainkan menjadi seorang pelukis.
Saat Grid.ID menyambangi kediamannya di daerah Bintaro Tangerang pada Jumat, 3 November 2017, Sonny menceritakan kisah perjalanan hidupnya hingga menjadi seorang kritikus mode yang juga sekaligus desainer.
"Sebenernya, awalnya karena saya anak tunggal trus kalau pulang sekolah kan nggak dibolehin kemana-kemana, jadi saya kerjaanya coret-coret sampai diomelin guru," cerita Sonny Muchlison
Berawal dari kegemarannya menggambar di buku, kemudian Sonny berkeinginan menjadi seorang pelukis yang kemudian ia mengutarakan keinginannya tersebut pada kedua orang tuanya.
Namun, Sonny sempat ditantang harus menjadi juara kelas jika ia tetap ingin merambah dunia seni rupa, dan tantangan tersebut dijawab oleh Sonny dengan selalu menjadi juara kelas bahkan hingga bangku SMA.
"Karena saya selalu mendapatkan nilai bagus, akhirnya saya dibebaskan untuk sekolah dengan jurusan seni rupa, semester pertama dan kedua saya masih berkeinginan menjadi seorang pelukis," lanjut Sonny
Di balik kerja kerasnya untuk mendapatkan nilai bagus, ternyata saat kelas 2 SMP Sonny sempat menjadi tukang gambar yang diberi honor 30ribu untuk sekali gambar.
(BACA : Sibuk Kejar Setoran, Mantan Artis Cilik Ini Sampai Rela Tak Ikut Ujian Nasional Demi Karier! )
Namun, keinginan Sonny mulai bergeser saat bertemu dengan seorang desainer bernama Hari Darsono.
"Nah, untuk pertama kali seorang Hari Darsono mengajak saya untuk mendesain batik, dengan mengenal aktivitas dan keseharian desainer Hari Darsono dalam membuat tekstil, membuat rancangan, dan segala macem, saya merasa tidak hanya melukis tapi juga ada expand yang menyenangkan,
dalam cara-cara ini sehingga saya beralih membayangkan diri saya menjadi seorang desainer," lanjut Sonny.
Setelah itu, Sonny belajar lebih banyak mengenai desain, hingga pada akhirnya ia berhasil lulus dari jurusan desain tekstil pada tahun 1988-1989.
Setelah lulus, Sonny sempat mengikuti Lompa Perancang Mode (LPM), dalam ajang tersebut Sonny belum berhasil menang namun sempat menjadi salah satu finalis untuk adi busana.
"Walaupun nggak menang, tapi saya berkesempatan untuk menjadi seorang fashion jurnalis, yang bekerja meliput fashion tidak hanya di Indonesia tapi juga di luar Indonesia, mulai dari London, Milan dan Paris serta New York," ujar Sonny
Dalam hal itu, Sonny menjadi lebih banyak belajar tentang cara penulisan dunia fashion agar lebih baik lagi dari beberapa peragaan busana yang pernah ia kunjungi.
"Dari belajar tentang menulis dunia fashion, belajar tentang mengapa fashion show begini, mengapa yang dituliskan begini, nah dari situlah saya kemudian mengerti bagaiman mengkritisi sebuah karya desainer," lanjut Sonny
Menjadi seorang kritikus mode yang dibutuhkan bukan sekedar caci maki, tapi juga dibutuhkan alasan mengapa busana ini cocok atau tidak cocok.
Dari pengalaman tersebutlah yang membawa seorang Sonny Muchlison menjadi seorang kritik mode dan juga kritik seni.
Dan akhirnya pada tahun 2010, Sonny merambah menjadi seorang desainer yang lebih berfokus dengan kain-kain tradisional seperti baik dan juga tenun.
Busana-busana rancangan Sonny sangat kenyal dengan budaya Indonesia, sebagai bentuk kecintaanya kepada Indonesia.
Selain itu juga Sonny berharap dari kain-kain tradisional ini bisa dipakai oleh seluruh wanita Indonesia dan juga
(BACA : Sebut 3 Artis Ini, Reza Rahadian: Banyak Aktor Muda Berbakat! )
"Bayangkan kalau dari Sabang sampai Merauke pembatik, penenun, pengrajin jumputan, sulaman dan lain sebagainya akan hidup kembali, perempuan-perempuan Indonesia akan kembali mengenakan pakaian khas Indonesia, bukan mengikuti busana kebarat-baratan, pasti perempuan Indonesia akan telihat cantik dengan aura ke-Indonesiaannya," tutup Sonny (*)