Find Us On Social Media :

Begini Penjelasan Bagaimana Netizen Dapat Mengkonsumsi Teori Konspirasi di Facebook

By Ahmad Rifai, Minggu, 12 November 2017 | 01:40 WIB

Ilustrasi | Trill! Magazine

(Baca juga: Nggak Dapat Kejutan Baby Shower dari Teman-Teman, Rachel Vennya Justru Dibuatkan Pesta oleh Ibundanya)

Namun, ada yang menarik dengan bagaimana pembaca bereaksi terhadap sebuah pemberitaan yang memiliki sifat berseberangan.

Pembaca yang mengikuti berita konspirasi cenderung tidak terlibat dengan berita ilmiah dan lebih berfokus untuk menyebarkannya, sedangkan konsumen berita ilmiah akan cenderung berkomentar di halaman konspirasi.

"Penjelasan untuk perilaku seperti ini adalah kelompok pertama ingin menyebarkan isu-isu yang dilupakan oleh media konvensional, sedangkan kelompok kedua ingin menghambat penyebaran berita konspirasi," ujar Bessi.

Lalu, seperti yang telah Anda duga, pengguna Facebook cenderung berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki pemahaman sama dengan diri mereka sendiri.

(Baca juga: Sepi Kejutan Baby Shower dari Teman-Temannya, Rachel Vennya Justru Dibuatkan Pesta oleh Wanita Ini!)

Inilah mengapa teori konspirasi bisa terus berlanjut, meski ada banyak bukti yang berseberangan. 

Penemuan ini juga turut didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya yang menyebutkan bahwa seseorang akan cenderung mengikuti dan mempercayai hal-hal yang mendukung kepercayaannya sendiri.

Dengan kata lain, jika Anda telah mempercayai teori konspirasi, maka Anda akan cenderung mempercayainya sampai masa depan. 

Sama halnya jika Anda secara terus-menerus membaca berita ilmiah mainstream, Anda akan terus mempercayainya di masa depan.

Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences.(*)

Artikel ini sebelumnya sudah pernah tayang di Kompas dengan judul Inilah Cara Orang Mengonsumsi Teori Konspirasi di Facebook.