Dikutip dari Scientific America, Selasa (1/9/2015), rata-rata, kita tidur dengan tipe terlelap atau SWS.
Ini ditandai dengan gelombang otak yang besar dan lamban, otot yang rileks dan pelan, pernapasan dalam yang dapat membantu otak dan tubuh pulih kembali setelah seharian beraktifitas.
Di saat tertidur dalam kondisi SWS, otak ternyata tidak otomatis berhenti bekerja.
Otak hanya akan beristirahat.
(BACA: Ya Ampun! 5 Penampilan Kompak Vicky Shu dan Sang Suami, Ade Imam Ini Dijamin Bikin Kamu Iri)
Sebaliknya, tidur yang diatur akan membuat otak "tidur" dalam tahap tertentu.
Secara teknis, rasa ingin tidur berawal dari bagian otak yang memproduksi SWS.
Menurut para peneliti, SWS ini terjadi karena aktivitas dua kelompok sel yaitu; nukleus preoptik ventrolateral di hipotalamus dan zona "parafacial" di batang otak.
Kedua kelompok sel tersebut bisa memicu hilangnya kesadaran seseorang apabila terpicu suatu rangsangan.
(BACA: Ngeri, Ilmuwan Portugal Temukan Makhluk Aneh ini, Disebut-sebut dari Zaman Dinosaurus!)
Setelah tertidur lelap, proses tidur bermimpi atau REM menyusul.
Peneliti menemukan hal yang menarik saat orang dalam kondisi bermimpi alias REM.