Find Us On Social Media :

Aksi Heroik Pelari yang Hentikan Larinya demi Selamatkan Nyawa Seseorang

By None, Senin, 11 Februari 2019 | 07:09 WIB

Aksi Heroik Pelari yang Hentikan Larinya demi Selamatkan Nyawa Seseorang

Grid.ID - “Pagi yang menyenangkan,” kata Theodore Strange, MD, dokter spesialis penyakit dalam saat berdiri di Jembatan Verrazano menunggu aba-aba mulai lomba lari marathon New York City Marathon (NYCM) pada Minggu (4 November 2018).

Ini merupakan lomba ke-25 bagi pria usia 59 tahun ini. Kali ini Ted Strange menargetkan waktu lomba antara 4:15 dan 4:30.

Pada km 22,5 (mil 14), beberapa saat sebelum menanjak di Jembatan Queensboro menuju Manhattan, Strange berhenti untuk makan potongan jeruk yang disediakan temannya yang menonton lomba.

Sebuah kebiasaan yang telah mereka lakukan bertahun-tahun.

Baca Juga : Peneliti Inggris 'Modifikasi' Ayam yang Bisa Hasilkan Telur Antikanker, Seperti Apa?

Dari situlah, peristiwa yang tak akan dilupakan Strange terjadi.

Begitu melewati jembatan, Strange menuju 1st Avenue yang disambut sorakan penonton di km 25,7 (mil 16).

Namun ketika ia berlari di antara kerumunan pelari ia mendengar teriakan minta tolong.

Ia pun mencari sumber teriakan itu dan melihat seorang wanita berdiri tak jauh dari temannya yang berbaring di jalanan.

Naluri kedokterannya lantas membawnya ke arah teriakan.

Wanita yang berteriak minta tolong itu kemudian menjelaskan bahwa ia dan temannya berlari bersama, dan baik-baik saja sebelum akhirnya temannya itu berhenti berjongkok untuk membenarkan tali sepatunya dan tidak bisa berdiri lagi.

Baca Juga : Berjualan dari Balik Lubang Tembok, Omzet Warung Nasi Daimah Capai Rp 3 Juta Per Hari

Saat mendekati pelari yang rebahan di tanah, Stranger langsung mengenali ada sesuatu yang salah.

Wajahnya membiru, napas tidak terlihat, dan mulut berbusa.

Ketika Stranger memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan, dia tidak merasakan adanya denyut.

Tanpa ragu-ragu, Stranger lantas melakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation).

Ketika kompresi dada tak berhasil menyadarkan pelari yang pingsan itu, ia berteriak ke polisi terdekat minta defibrillator, alat pengejut jantung.

Beruntung, ada tenda medis sekitar 400 meter dari situ.

“Rasanya pujian tak cukup buat tenaga medis dan petugas polisi itu. New York selalu sigap untuk kondisi darurat bagaimana pun juga. Saya bisa mendapatkan defibrillator dalam sekejap,” kata Stranger.

Baca Juga : Tersembunyi Selama 40 Ribu Tahun, Daratan ini Terungkap Saat Es di Arktika Mencair

Dalam persoalan jantung, waktu sangat berarti. Strange melanjutkan melakukan CPR.

Tapi ia kemudian mengalami kram hebat sehingga petugas polisi mengambil alih tindakan itu.

Mereka kemudian memasang defibrillator dan mengirimkan kejutan seperti yang disarankan mesin.

Namun, wanita itu masih tak memberi respon. Ketika mereka memberikan kejutan lagi, wanita itu masih saja diam.

Baru pada kejutan keempat, wanita itu bergerak dan bernapas.

“Denyutnya mulai muncul dan kami semua merasa lega,” kata Stranger.

Wanita itu kemudian segera dibawa ke RS. Strange menunggu sampai wanita itu dimasukkan ke ambulans dan bergerak menuju RS.

Baca Juga : Justin Bieber Akui Kecanduan Seks Hingga Habiskan Waktu 3 Jam di Rumah Bordir, Berikut Pengakuannya

Belakangan Strange mengetahui bahwa wanita berusia 41 tahun yang pernah mengikuti lomba Ironman itu mengalami penggumpalan darah di pembuluhnya saat berlomba.

Sekitar 25 menit telah berlalu. Ketika ditanya polisi apa yang akan dilakukannya, Strange menjawab bahwa ia akan menyelesaikan lomba ini.

Ia telah menyelesaikan 24 kali lomba di tempat ini, namun yang ke-25 ini sangat special.

Kali ini Strange memasuki garis finish di angka 5:16. Jauh dari targetnya. Hal pertama yang dilakukan ketika menyentuh garis finish adalah mencari kabar soal wanita yang ditolongnya tadi.

Ia diberi tahu bahwa berkat pertolongan cepatnya, wanita itu kondisinya sudah stabil dan dirawat di RS.

“Orang-orang menyebut saya pahlawan. Padahal apa yang saya lakukan itu hal yang standar. Ketika membantu wanita itu, taka ada satu pelari pun yang berhenti. Saya mengerti, kita semua ingin berlari dengan cepat. Tapi adalah kewajiban kita untuk membantu seseorang yang membutuhkannya.” (*)

Artikel ini telah tayang di Intisari Online dengan judul, “Kisah Heroik Seorang Pelari yang Rela Mengakhiri Larinya Demi Menyelamatkan Nyawa Seseorang”